Jumat, 26 Februari 2010

Asehan dengan klien Autisme

BAB I
PENDAHULUAN

Autisme adalah sebuah penyakit yang satu abad yang lalu hampir tidak terdengar sama sekali, kini sudah hampir menjadi sesuatu yang normal. Perkembangan autisme terutama makin melejit di beberapa dekade terakhir. Ketika sudah terlanjur, Autisme bisa sangat sulit untuk dikendalikan, apalagi untuk disembuhkan. Jika kita mengetahui berbagai potensi penyebabnya, maka mudah-mudahan kita bisa mengatur agar anak kita terhindar dari itu semua.
Mengapa autisme kini menjadi momok bagi banyak orang tua? Diduga karena jumlah angka kejadiannya yang terus meningkat diseluruh dunia. Namun di Indonesia sendiri, belum ada data yang menunjukkan secara pasti besarnya angka kejadian tersebut.
Survey data dari California Department of Developmental Service, AS, melaporkan bahwa sampai Januari 2003, telah terjadi peningkatan kasus anak yang menderita autisme di Amerika Serikat hingga 31%. Ikatan Dokter Anak AS dan Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit AS bahkan menambahkan bahwa jumlah anak yang didiagnosis menderita autisme sekitar 1:166 anak. Padahal, 10 tahun yang lalu, angka kejadiannya hanya 1:2500 anak.
Penyebab pasti autisme belum diketahui sampai saat ini. Kemungkinan besar, ada banyak penyebab autisme, bukan hanya satu. Dahulu sempat diduga bahwa autisme disebabkan karena cacat genetik. Namun cacat genetika tidak mungkin terjadi dalam skala demikian besar dan dalam waktu demikian singkat. Karena itu kemudian para peneliti sepakat bahwa ada banyak kemungkinan penyebab autisme lainnya.





BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1. KONSEP PENYAKIT
A. PENGERTIAN
Autisme Masa Kanak adalah gangguan perkembangan pada anak yang gejalanya sudah tampak sebelum anak tersebut mencapai umur 3 tahun. Hal ini disebabkan karena autisme adalah suatu gangguan yang menyangkut banyak aspek perkembangan yang bila dikelompokkan akan menyangkut tiga aspek yaitu perkembangan fungsi bahasa, aspek fungsi sosial, dan perilaku repetitif. Karena gambaran autisme begitu beragam dan setiap saat seorang anak akan senantiasa mengalami perkembangan, maka penegakan diagnosa tidak bisa begitu saja, sebab bisa saja kemudian diagnosa menjadi berubah-ubah dari waktu ke waktu.

B. ETIOLOGI
Berbagai hal yang dicurigai berpotensi untuk menyebabkan autisme :
a) Vaksin yang mengandung Thimerosal
Thimerosal adalah zat pengawet yang digunakan di berbagai vaksin. Karena banyaknya kritikan, kini sudah banyak vaksin yang tidak lagi menggunakan Thimerosal di negara maju. Namun, entah bagaimana halnya di negara berkembang.

b) Televisi
Semakin maju suatu negara, biasanya interaksi antara anak - orang tua semakin berkurang karena berbagai hal. Sebagai kompensasinya, seringkali TV digunakan sebagai penghibur anak. Ternyata ada kemungkinan bahwa TV bisa menjadi penyebab autisme pada anak, terutama yang menjadi jarang bersosialisasi karenanya Dampak TV tidak dapat dipungkiri memang sangat dahsyat, tidak hanya kepada perorangan, namun bahkan kepada masyarakat dan/atau negara. Contoh paling nyata adalah kasus pada negara terpencil Bhutan - begitu mereka mengizinkan TV di negara mereka, jumlah dan jenis kejahatan meningkat dengan drastis.

c) Genetik
Ini adalah dugaan awal dari penyebab autisme; autisme telah lama diketahui bisa diturunkan dari orang tua kepada anak-anaknya. Namun tidak itu saja, juga ada kemungkinan variasi-variasi lainnya. Salah satu contohnya adalah bagaimana anak-anak yang lahir dari ayah yang berusia lanjut memiliki kans lebih besar untuk menderita autisme. (walaupun sang ayah normal / bukan autis)

d) Makanan
Pada tahun 1970-an, Dr. Feingold dan kolega-koleganya menyaksikan peningkatan kasus ADHD dalam skala yang sangat besar. Sebagai seseorang yang pernah hidup di era 20 / 30-an, dia masih ingat bagaimana ADHD nyaris tidak ada sama sekali di zaman tersebut. Dr. Feingold kebetulan telah mulai mengobati beberapa kasus kelainan mental sejak tahun 1940 dengan memberlakukan diet khusus kepada pasiennya, dengan hasil yang jelas dan cenderung dalam waktu yang singkat.
Terapi diet tersebut kemudian dikenal dengan nama The Feingold Program.
Pada intinya, berbagai zat kimia yang ada di makanan modern (pengawet, pewarna, dll) dicurigai menjadi penyebab dari autisme pada beberapa kasus. Ketika zat-zat tersebut dihilangkan dari makanan para penderita autisme, banyak yang kemudian mengalami peningkatan situasi secara drastis.
Dr. Feingold membayar penemuannya ini dengan cukup mahal. Sekitar tahun 1970-an, beliau dikhianati oleh The Nutrition Foundation, dimana Coca cola, Kraft foods, dll adalah anggotanya. Beliau tiba-tiba diasingkan oleh AMA, dan ditolak untuk menjadi pembicara dimana-mana. Syukurlah kemudian berbagai buku beliau bisa terbit, dan hari ini kita jadi bisa tahu berbagai temuan-temuannya seputar bahaya makanan modern.

e) Radiasi pada janin bayi
Sebuah riset dalam skala besar di Swedia menunjukkan bahwa bayi yang terkena gelombang Ultrasonic berlebihan akan cenderung menjadi kidal.
Dengan makin banyaknya radiasi di sekitar kita, ada kemungkinan radiasi juga berperan menyebabkan autisme. Tapi bagaimana menghindarinya, kami juga kurang tahu. Yang sudah jelas mudah untuk dihindari adalah USG - hindari jika tidak perlu.

f) Folic Acid
Zat ini biasa diberikan kepada wanita hamil untuk mencegah cacat fisik pada janin. Dan hasilnya memang cukup nyata, tingkat cacat pada janin turun sampai sebesar 30%. Namun di lain pihak, tingkat autisme jadi meningkat. Pada saat ini penelitian masih terus berlanjut mengenai ini. Sementara ini, yang mungkin bisa dilakukan oleh para ibu hamil adalah tetap mengkonsumsi folic acid - namun tidak dalam dosis yang sangat besar (normalnya wanita hamil diberikan dosis folic acid 4x lipat dari dosis normal).
Atau yang lebih baik - perbanyak makan buah-buahan yang kaya dengan folic acid, karena alam bisa mencegah tanpa menyebabkan efek samping

g) Sekolah lebih awal
Agak mengejutkan, namun ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa menyekolahkan anak lebih awal (pre school) dapat memicu reaksi autisme. Diperkirakan, bayi yang memiliki bakat autisme sebetulnya bisa sembuh / membaik dengan berada dalam lingkupan orang tuanya. Namun, karena justru dipindahkan ke lingkungan asing yang berbeda (sekolah playgroup / preschool), maka beberapa anak jadi mengalami shock, dan bakat autismenya menjadi muncul dengan sangat jelas.
Untuk menghindari ini, para orang tua perlu memiliki kemampuan untuk mendeteksi bakat autisme pada anaknya secara dini. Jika ternyata ada terdeteksi, maka mungkin masa preschool-nya perlu dibimbing secara khusus oleh orang tua sendiri. Hal ini agar ketika masuk masa kanak-kanak maka gejala autismenya sudah hampir lenyap; dan sang anak jadi bisa menikmati masa kecilnya di sekolah dengan bahagia.
Dan mungkin saja masih ada banyak lagi berbagai potensi penyebab autisme yang akan ditemukan di masa depan, sejalan dengan terus berkembangnya pengetahuan di bidang ini.







C. MANIFESTASI/DIAGNOSA KLINIS
Perkembangan yang terganggu adalah dalam bidang :
a) Komunikasi
kualitas komunikasinya yang tidak normal, seperti ditunjukkan dibawah ini :
o Perkembangan bicaranya terlambat, atau sama sekali tidak berkembang.
o Tidak adanya usaha untuk berkomunikasi dengan gerak atau mimik muka untuk mengatasi kekurangan dalam kemampuan bicara.
o Tidak mampu untuk memulai suatu pembicaraan atau memelihara suatu pembicaraan dua arah yang baik.
o Bahasa yang tidak lazim yang diulang-ulang atau stereotipik.
o Tidak mampu untuk bermain secara imajinatif, biasanya permainannya kurang variatif.
b) Interaksi sosial Adanya gangguan dalam kualitas interaksi social seperti :
o Kegagalan untuk bertatap mata, menunjukkan ekspresi fasial, maupun postur dan gerak tubuh, untuk berinteraksi secara layak.
o Kegagalan untuk membina hubungan sosial dengan teman sebaya, dimana mereka bisa berbagi emosi, aktivitas, dan interes bersama.
o Ketidak mampuan untuk berempati, untuk membaca emosi orang lain.
o Ketidak mampuan untuk secara spontan mencari teman untuk berbagi kesenangan dan melakukan sesuatu bersama-sama.

c) Perilaku aktivitas, perilaku dan interesnya sangat terbatas, diulang-ulang dan stereotipik seperti dibawah ini :
o Adanya suatu preokupasi yang sangat terbatas pada suatu pola perilaku yang tidak normal, misalnya duduk dipojok sambil menghamburkan pasir seperti air hujan, yang bisa dilakukannya berjam-jam.
o Adanya suatu kelekatan pada suatu rutin atau ritual yang tidak berguna, misalnya kalau mau tidur harus cuci kaki dulu, sikat gigi, pakai piyama, menggosokkan kaki dikeset, baru naik ketempat tidur. Bila ada satu diatas yang terlewat atau terbalik urutannya, maka ia akan sangat terganggu dan nangis teriak-teriak minta diulang.
o Adanya gerakan-gerakan motorik aneh yang diulang-ulang, seperti misalnya mengepak-ngepak lengan, menggerak-gerakan jari dengan cara tertentu dan mengetok-ngetokkan sesuatu.
o Adanya preokupasi dengan bagian benda/mainan tertentu yang tak berguna, seperti roda sepeda yang diputar-putar, benda dengan bentuk dan rabaan tertentu yang terus diraba-rabanya, suara-suara tertentu.

D. GEJALA Gejala anak yang menderita autisme umumnya sudah tampak sebelum usia 3 tahun. Apa saja gejalanya?
o Tidak ada kontak mata yang mantap.
o Kurang responsif terhadap lingkungan di sekitarnya.
o Tidak mau bicara secara verbal.
o Tidak mau berkomunikasi dengan bahasa tubuh, seperti tersenyum, merengut, dan sebagainya.
Anak-anak ini sering juga menunjukkan emosi yang tak wajar, temper tantrum (ngamuk tak terkendali), tertawa dan menangis tanpa sebab, ada juga rasa takut yang tak wajar. Kecuali gangguan emosi sering pula anak-anak ini menunjukkan gangguan sensoris, seperti adanya kebutuhan untuk mencium-cium/menggigit-gigit benda, tak suka kalau dipeluk atau dielus. Autisme Masa Kanak lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan dengan perbandingan 3 : 1.
E. KLASIFIKASI Kasus autisme bukan hanya pada kasus autisme klasik, tapi juga pada varian autisme yang lebih ringan, seperti sindroma Asperger dan atipikal autisme.
a) Sindroma Asperger adalah gangguan perkembangan dengan gejala berupa gangguan dalam bersosialisasi, sulit menerima perubahan, suka melakukan hal yang sama berulang-ulang, serta terobsesi dan sibuk sendiri dengan aktivitas yang menarik perhatian. Umumnya, tingkat kecerdasan si kecil baik atau bahkan lebih tinggi dari anak normal. Selain itu, biasanya ia tidak mengalami keterlambatan bicara.
b) Atipikal autisme adalah jenis autisme yang tidak memenuhi kriteria gangguan autisme yang disyaratkan oleh DSM-IV (panduan dalam menegakkan diagnosa gangguan mental). Meskipun begitu, si kecil mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial dan berkomunikasi secara timbal balik. Mungkin juga ia tidak menunjukkan gejala yang khas atau bisa juga gejala-gejalanya lebih ringan dibandingkan penyandang autisme klasik.

2. PENGKAJIAN
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identitas Pasien
Nama :
TTL :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Agama :
Suku/bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Tgl. MRS : Jam :
Tgl. Pengkajian : Jam :
Diagnosa medis :

b. Sumber informasi
Nama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :


2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Keluhan Utama
o -

b. Riwayat Kesehatan Sekarang
o autisme

c. Riwayat Kesehatan Terdahulu
o -

d. Riwayat Lingkungan
o Pasien mempunyai rumah dengan ventilasi yang cukup, dan mempunyai 3 kamar serta 2 anggota keluarga.
o Pasien merupakan anak kedua sedangkan anak pertama tidak mengalami penyakit ini.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga
o Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami penyakit yang sama.

f. Riwayat Psikososial
o –

3. PEMERIKSAAN FISIK (HEAD TO TOE)
a. Keadaan Umum : sedang
b. Kesadaran :
c. Tinggi Badan : cm
d. Berat Badan : Kg
e. Tanda Vital
o Tekanan Darah : mmHg
o Nadi : x/menit
o Respirasi : x/menit
o Suhu badan : C.
f. Kepala
o Warna rambut hitam, bentuk kepala oval, sedangkan gigi dan mulut tidak normal

g. Leher
o Kelenjar tyroid : Normal
o Kelenjar getah bening : Normal
h. Paru-paru
o Respirasi : x/menit
o Ritme : Teratur
o Bentuk dada simetris
i. Jantung : COR (-)
j. Ekstremitas atas dan bawah : Normal
k. Genetalia : normal

4. POLA KEGIATAN SEHARI-HARI (POLA GORDON)
a. Pola Persepsi Management Kesehatan :
• Pasien sebelum masuk RS dirawat oleh orang tuanya

b. Pola Nutrisi Metabolic
1. Makanan
• Porsi makan pasien sangat kurang
• Dibantu oleh ibu untuk menyuapi
• Kadang-kadang muntah

2. Minuman
• Jumlah air yang diminum : + 800 cc
• Jenis air yang diminum : Air putih

c. Pola Eliminasi
1. Buang Air Kecil
• Rasa Nyeri : tidak
• Frekuensi : >3 x/hari
• Warna urine : Kuning
• Bau urine : Amoniak
2. Buang Air Besar
• Rasa nyeri : tidak
• Frekuensi : 2 x/hari
• Warna faeces : Kekuningan
• Konsistensi : Lembek

d. Pola Aktivitas dan Latihan
1. Mobilisasi
• Aktivitas Pasien : selalu dibantu oleh ibu
• Menggunakan alat Bantu : ya

2. Respirasi
• Tidak ada gangguan pola nafas

e. Pola Tidur/Istirahat
• Tidur malam : Jam 08.00 dan bangun Jam
05.00.
• Tidur siang : kadang-kadang
• Pasien sering merasa terbangun dengan sendirinya

f. Pola Kognitif Perceptual
• Status Mental pasien : tidak terlalu baik
• Kemampuan berbicara, membaca dan interaksi : tidak normal

g. Pola Persepsi/Konsep Diri
• Harga diri, ideal diri, identitas diri, gambaran diri serta ideal diri pasien terganggu.
h. Pola Peran Hubungan
• hubungan pasien dengan orang-orang (anak-anak) seusianya tidak baik.

i. Pola Seksual/Reproduksi
• -

j. Pola Koping Toleransi.
• -

k. Pola Nilai Kepercayaan.
• Pasien menganut agama Kristen Protestan.
• Kedua orangtuanya selalu mendukung dalam doa.

5. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. KETERLAMBATAN TUMBUH KEMBANG BERHUBUNGAN DENGAN PERUBAHAN PERTUMBUHAN FISIK.
1. NANDA : Delayed Growth and Development (1986)
Pengertian : Deviasi atau Penyimpangan dari kelompok umur.

Batasan Karakteristik :
o Perubahan Pertumbuhan fisik
o Terlambat atau sulit dalam ketrampilan motor (motor, social, ekspresi) tipe kelompok umur
o Afek datar
o Tidak mampu dalam perawatan diri, control aktivitas diri sesuai umur
o Penurunan gairah, penurunan respon waktu

2. NOC : Child Development : Middle Childhood (6-11
years) (0108)
Domain : functional health (I)
Class : growth & development (B)
Scale : extremely delay from expected range to no
delay expected range (p)

Indikasi :
010801 Mempraktekkan kebiasaan sehat yang baik
010802 Bermain kelompok
010803 Kembangkan pertemanan tertutup
010804 Identifikasi dengan kelompok/teman sebaya
dengan jenis kelamin sama
010807 Ekspresikan perasaan membangun
010808 Tunjukkan kepercayaan diri sendiri
010809 Beri pengertian yang salah dan benar
010810 Mengikuti cara yang aman
010812 Menunnjukkan kreativitas

3. NIC : Behavior Modification (4360)
Aktivitas :
o Tentukan motivasi pasien yang akan dirubah
o Bantu psien untuk mengenal kekuatan dan menguatkannya.
o Mengenalkan pasien kepada orang (kelompok) siapa yang akan berhasil mendapat pengalaman yang sama.
o Berikan rasa kepercayaan ketika pasien menulis secara bebas dari gejala yang terlihat santai.
o Menawarkan/anjurkan pola positif untuk pasien ketika membuat keputusan.
o Mengidentifikasi masalah pasien dalam dirinya
o Fasilitasi untuk proses melibatkan keluarga, jika diperlukan.

BAB III
PEMBAHASAN

Pada anak autisme yang mempunyai inteligensia tinggi, biasa disebut sebagai Asperger. Kelompok ini adalah kelompok autisme yang mempunyai perkembangan fungsi yang tinggi yang kemudian disebut High Function. Nama Asperger sendiri diambil dari nama seorang dokter anak Hans Asperger dari Austria, adalah yang pertama kali mengemukakan kasus autisme ini. Kelompok ini memang mempunyai gangguan berbahasa, tetapi tidak mengalami gangguan perkembangan bicara. Perkembangan bicaranya sesuai dengan jadwal, atau dengan kata lain tidak mengalami keterlambatan bicara. Sekalipun tidak terlambat bicara, berbahasanya sangat kaku.
Anak-anak Asperger ini saat kecilnya sering disangka anak berbakat (gifted children), namun ternyata apa yang dikuasai lebih menjurus pada kemampuan meregistrasi atau pengumpul data, sehingga tidak bisa dikelompokkan sebagai anak berbakat. Kelompok Asperger ini seringkali justru sangat terlambat terdeteksi, karena selain ia mempunyai inteligensia yang baik, juga tidak mengalami keterlambatan bicara. Inteligensianya sering menutupi kekurangannya. Buitelaar mengakui cukup sulit membedakan anak-anak berbakat (gifted children) yang mempunyai inteligensia sangat tinggi namun mengalami gangguan bersosialisasi sebagaimana halnya dengan kelompok Asperger.
Gangguan bersosialisasi pada anak-anak berbakat (gifted children) menurut Buitelaar lagi, lebih banyak disebabkan karena bahasa yang dikuasai anak-anak berbakat sangat berbeda dengan anak-anak lainnya, atau teman sepermainannya. Seringkali anak-anak normal, teman sepermainannya tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh anak-anak berbakat (gifted) ini. Sekalipun antara anak berbakat (gifted children) dan kelompok Asperger mempunyai kesamaan berkemampuan mengumpulkan pengetahuan yang luar biasa, namun tetap Asperger sebagai kelompok autisme, adalah individu yang mengalami kegagalan dalam melihat konteks dan hubungan antar data dalam pengetahuan tersebut.
Andaikan ada dua anak yang satu adalah Asperger dan yang satu adalah anak berbakat (gifted child), mereka mempunyai minatan yang sama pada misalnya berbagai macam dinosaurus. Anak autisme hanya akan mengumpulkan data tentang berbagai macam dinosaurus, tentang kehidupannya, namun tak mampu menganalisa hubungan dinosaurus dengan kehidupan ini di mana justru kemampuan ini dimiliki oleh anak-anak berbakat (gifted child).
Anak autisme juga hanya mempunyai bidang minatan yang sangat sempit, berbeda dengan anak-anak normal, ataupun anak-anak berbakat (gifted) di mana bisa mempunyai bidang minatan yang luas. Buitelaar mencotohkan pada pasiennya yang setiap datang hanya menceritakan tentang mesin cucinya.
Perkembangan fantasi dan imajinasi anak-anak autisme juga sangat kurang, Sehingga andaikan anak ini diajak bermain fantasi ia tidak
akan bisa. Ia hanya mampu melakukan suatu kegiatan yang tidak menggunakan fantasi dan imajinasinya. Andaikan ia memperhatikan satu benda, misalnya sebuah mobil-mobilan ia hanya akan memperhatikan satu bagian saja, dan tak bisa memainkan mobilan itu sebagaimana anak- anak lainnya.














BAB IV
PENUTUP

1. KESIMPULAN
autisme adalah suatu gangguan yang menyangkut banyak aspek perkembangan yang bila dikelompokkan akan menyangkut tiga aspek yaitu perkembangan fungsi bahasa, aspek fungsi sosial, dan perilaku repetitif. Karena gambaran autisme begitu beragam dan setiap saat seorang anak akan senantiasa mengalami perkembangan, maka penegakan diagnosa tidak bisa begitu saja, sebab bisa saja kemudian diagnosa menjadi berubah-ubah dari waktu ke waktu.

2. SARAN
Pertanyaan tentang berbagai pengobatan autisme saat ini yang banyak digunakan bahkan seringkali juga atas anjuran dokter (yang bergerak dalam terapi alternatif), misalnya detoksifikasi untuk menghilangkan racun di otak, diet bebas gluten dan casein, probiotik, megadosis vitamin, hormon, dan sebagainya.
Petugas kesehatan harus menyarankan agar para orang tua tak perlu terkesima dengan reklame komersial yang menyatakan bahwa autisme dapat diobati, sebab menurutnya selain pengobatan model intervensi biologis itu sangat mahal, tidak ada efeknya, juga cukup berbahaya bagi si anak sendiri. Bila dokter memberikan resep obat-obatan psikostimulan, hal itu bukan untuk menyembuhkan autisme, tetapi hanya sekedar untuk mengendalikan emosi dan perilakunya.
Yang terpenting pesannya adalah bagaimana kita harus menanganinya dengan cara melihat faktor lemah dan faktor kuatnya dengan pendekatan psikologi dan pedagogi, yaitu arahkan perilakunya, tingkatkan kecerdasannya, latih kemandirian, ajarkan kerjasama, dan ajarkan bersosisalisasi.
Utamakan pendekatan psikologi dan pedagogi, jika cara-cara ini sudah tidak dimungkinkan barulah bisa diberikan obat- obatan. Para orang tua juga berhak menanyakan apa efek samping dan harapan apa yang bisa dicapai dengan menggunakan psikostimulan itu.Karena bagaimanapun reaksi setiap anak terhadap obat akan berbeda-beda, sehingga diperlukan pemantauan yang baik secara rutin. Di samping itu sampai saat ini belum ada penelitian obat- obatan pada anak di bawah usia 6 tahun, sehingga kita masih belum tahu efek jangka panjangnya.

http://medlinux.blogspot.com/2007/09/Autis si Pengumpul Data at BananaTalk - Lita Mariana’s Weblog.html
 http://medlinux.blogspot.com/2007/09/autisme.OR.ID » GPP PDD.html
 http://harry.sufehmi.com » Blog Archive » Penyebab Autisme.html
 Dikutip dari :Http://id.wikipedia.org/wiki/autisme.

Tidak ada komentar: