Jumat, 26 Februari 2010

INFERTILITAS

BAB I
PENDAHULUAN

Sekalipun gerakan keluarga berencana sangat gencar di galakan, tetapi ada sebagian kecuali masyarakat sangat mendambakan keturunan karena telah cukup waktu untuk menanggungnya namun belum berhasil. Diperkirakan jumlah mereka sekitar 10 % pasangan usia subur atau kurang sama dengan 7-8 juta orang. Kerisaun mereka menyebabkan mereka sangat gelisah, dan terus berusaha dan pada berkali-kali berganti dokter yang di dengarnya telah berhasil dalam menolong mereka yang mendambakan kehamilan.
Penanganan pasangan mandul atau kurang subur ( infertilitas ) merupakan masalah medis yang kompleks dan menyangkut beberapa disiplin ilmu kedokteran, sehingga memerlukan konsultasi pemeriksaan yang kompleks pula.
Ilmu kedokteran masa kini baru berhasil menolong 50% pasangan infertile memperoleh anak yang diinginkanya.itu berarti separuhnya lagi harus menempuh hidup tanpa anak, mengangkat anak (adopsi), poligini atau bercerai. Berkat kemajuan teknologi kedokteran, beberapa pasangan telah dimungkinkan memperoleh anak dengan jalan inseminasi buatan donor, “ bayi tabung “, atau membesarkan janin didalam rahim wanita lain.
Dalam makalah ini akan di uraikan mengenai definisi, penyebab, pemeriksaan pasangan infertilitas, penangannya dan asuhan keperawatan pada infertilitas.


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP PENYAKIT
1. DEFINISI
Infertilitas adalah setahun berumah tangga dengan persetubuhan yang tidak memakai pelindung belum terjadi kehamilan.
Disebut infertilitas primer adalah kalau istri belum pernah hamil walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan. Sedangkan yang disebut infertilitas sekunder adalah kalau istri pernah hamil, akan tetapi tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemunkinan kehamilan selama 12 bulan.

2. ETIOLOGI
Evaluasi terhadap pasangan infertilitas diasarankan kepada mengidentifikasi penyebab infertilitas. Riwayat yang teliti bisa membantu mengarahkan evaluasi, tetapi penting memeriksa hitung sperma, ada tidaknya ovulasi, dan patensi dari tuba fallopii sebelum memulai sembarang pengobatan.
1) Sebab-sebab infertilitas:
• Penyakit saluran telur 25 - 50%
• Anovulasi 20 - 40%
• Factor pria 40%
• Factor seviks 5 - 10%
• Uterus / endometrium 5 - 10%
(mis : defek fase luteal )
Tidak diketahui 10% Kombinasi
2) Factor-faktor penyebab kemandulan adalah :
• Factor wanita sekitar 60% - 75%.
• Factor vagina 3% - 5%
• Serviks 1% - 10%
• Uterus 4% - 5%
• Tuba fallopii 65% - 80%
• Ovarium 5% - 10%
• Peritoneum 5% - 10%

3) Factor suami sekitar 30% sampai 40%
Dalam melakukan pemecahan masalah pasangan mandul secara umum dapat dilakukan :.
Factor pria sekurang kurangnya sebagai bertanggung jawab terhadap infertilitas pada samapi 50% pasangan infertil berbagai kondisi bisa menuju kepada infertilitas pria.
Sebab-sebab infertilitas pada pria :
 Infeksi
Prostatitis, epididimis, parotitis.
 Kerusakan pada testis
Varikokel
 Panas –suhu skrotum yang tinggi bias menurunkan jumlah dan mortiliyas sperma.
 Obat-obatan
• Mariyuana
• Kemoterapi
• Tembakau
• Alcohol : bisa menurunkan testoteron, juga bisa mengurangi libido.
 Ejakulasi retrograde
 Hipospadia
 Radiasi
 Kongnital
 Kelainan kromosom, Disfungsi seksual
 Pernah vasektomi, Anti body dnti sperma




3. PEMERIKSAAN PASANGAN INFERTIL

a. Syarat-syarat pemeriksaan
Setiap pasangan infertile harus diperlakukan sebagai satu kesatuan. Itu berarti, kalau istri saja sedangkan istrinya tidak mau di periksa, maka pasangan itu tidak diperiksa.
Adapun syarat-syarat pemeriksaan pasangan infertil adalah sebagai berikut :
1) Istri yang berumur antara 20-30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha mendapat anak selama 12 bulan. Pemeriksaan bisa dilakukan lebih dini bila :
a) Pernah mengalami keguguran berulang,
b) Diketahui mengidap kelainan endokrin,
c) Pernah mengalami rongga panggul atau rongga perut, dan
d) Pernah mengalami bedah ginekologi.
2) istri yang berumur antara 31-35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan pertama pasangan itu dating ke dokter
3) pasangan infertile yang berumur 36-40 tahun hanya dilakukan pemeriksaan infertilitas kalau belum mempunyai anak dari perkawinan ini.
4) Pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan pada pasangan infertile yang tidak satu pasangan anggotannya mengidap penyakit yang membahayakan kesehatan istri dan anaknya.

b. Pemeriksaan masalah-masalah infertilitas
Masalah-masalah infertilitas yang penting adalah (1) masalah air mani, (2) masalah vagina, (3) masalah serviks, (4) masalah uterus, (5) masalah tuba, (6) masalah ovarium, dan (7) masalah peritoneum.





4. PENANGANAN INFERTILITAS
Penanganan terhadap infertilitas diarahkan kepada penyebab. Saluran telur yang tidak paten biasanya disebabkan oleh penyakit radang panggul (PRP). Tiap episode PRP meningkatkan risiko infertitlitas. Dengan PRP episode pertama terdapat 10-15% risiko kemandulan ; dengan episode kedua risiko meningkat menjadi 25%, dan setelah episode ketiga resiko meningkat lagi menjadi 50%. Melepaskan adhesi-adhesi (lisis) saluran telur dan rekonstruksinya dengan laparotomi atau laparoskopi bisa mengembalikan patensi tuba. Namun, patensi tuba tidak menjamin kebersihan menjadi hamil.
Anovulsi atau oligo-ovulasi adalah penyebab infertilitas yang paling umum. Keberhailan pengobatan anovulasi bergantung kepada penyebabnya. Adalah penting untuk menyingkirkan latar belakang gangguan-gangguan endokrin sebelum terapi. Wanita yang kegemukan seringkali mempunyai penyakit ovarium polikistik disertai anovulasi. Pasien-pasien ini mempunyai kadar LH yang tetap tinggi dengan kadar androgen yang tinggi, yang menyebabkan anovulasi. pengobatan dengan sitras klommifen diindikasikan sebagai langkah pertama wanita yang terlalu kurus (anoreksia nervosa, penari balet, penari, dsb)seringkali akan mengalami anovulasi, tetapi mekanisme yang menyerti anovulasi pada mereka berbeda dengan mekanisme pada pasien-pasien gemuk.










5. PENATALAKSANAN INFERTILITAS















BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
1. Anamnesa umum( bersama ) :
• Berapa usia perkawinan
• Umur istri dan suami
• Frekuensi hubungan seks
• Tingkat kepuasan seks
• Tehnik hubungan seks
• Apakah masing-masin pernah kawin
• Apakah pernah menderita penyakit yang mungkin dapat menurunkan kesuburan seperti penyakit hubungan seks atau pernah mengalami oprasi.

2. Anamnesa khusus :
a. Anamnesa khusus istri :
• Berapa umur saat menarche
• Apakah haid teratur
• Berapa lama terjadi pendarahan.
 Apakah terdapat gumpalan darah
 Apakah disertai rasa nyeri saat menstruasi
 Apakah keputihan
• Apakah terdapat kontak berdarah.
• Riwayat alat reprodruksi.
 Apakah pernah mengalami oprasi alat genetelia
 Apakah pernah memakai KB-IUCD
 Apakah pernah keguguran.
 Apakah pernah infeksi genetelia.
b. Anamnesa suami :
• Bagaimana tingkat ereksi
• Apakah pernah mengalami penyakit hubungan seksual
• Apakah pernah menderita penyakit mump (parotitus epidemika) waktu kecil
Infertilitas primer yaitu suatu pasangan yang sudah menikah selama 1 tahun dan bersenggama namun belum menghasilkan keturunan.

2. DIAGNOSA

A. KESIAPAN DALAM PENINGKATAN KONSEP DIRI PADA INFERTILITAS
 NANDA (READINESS FOR ENHANCED SELF KONCEPT)
Pengertian : pola persepsi atau ide mengenai diri yang mencukupi untuk kesejahteraan dan dapat diperkuat.
Batasan karateristik :
 Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan konsep diri
 Bertindak sesuai dengan ekspresi perasaan dan pikiran
 Mengekpresikan percaya diri untuk melakukan
 Menerima kekuatan dan keterbatasan

B. RISIKO HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL PADA INFERTILITAS
 NANDA (RISK FOR SITUASIONAL LOW SELF)
Pengertian : risiko berkembangnya persepsi diri yang negative dalam berespons terhadap situasi yang sedang terjadi (spesifik )
Factor risiko :
 Perubahan perkembangan (spesifik)
 Gangguan gambaran diri
 Perubahan peran social (spesifik)
 Riwayat kekerasan, penolakan, ditinggal
 Kurang pengakuan
 Gagal atau penolakan
 Penyakit fisik (spesifik)

C. POLA SEKSUAL TIDAK EFEKTIF PADA INFERTILITAS
 NANDA (INFEFCTIFE SEXUALITY PATTERN)
Pengertian : mengekspresikan keprihatinan atas penghargaan terhadap seksualitas
Batasan karateristik :
 Melaporkan kesulitan, keterbatasan atau perubahan dalam prilaku atau aktifitas seksual
Faktor yang berhubungan :
 Kurang orang yang berarti
 Konflik dengan orientasi seksual atau pilihan seksual
 Kerusakan hubungan dengan orang yang berarti
















BAB IV
PENUTUP
1. KESIMPULAN

Di bidang reproduksi, infertilitas diartikan sebagai kekurang mampuan pasangan untuk menghasilkan keturunan, bukanlah ketidakmampuan mutlak untuk memiliki keturunan. Jadi, pasangan suami istri dikategorikan mengalami infertilitas bila tidak juga mengalami pembuahan, sekalipun sudah melakukan hubungan seksual secara teratur - tanpa kontrasepsi - dalam periode setahun. Sedangkan kemandulan atau sterilitas adalah perempuan yang rahimnya telah diangkat atau laki-laki yang telah dikebiri (dikastrasi).infertilitas terbagi menjadi infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Infertilitas primer adalah bila pasangan tersebut belum pernah mengalami kehamilan sama sekali, sedangkan infertilitas sekunder adalah bila pasangan tersebut sudah memiliki anak, kemudian memakai kontrasepsi namun setelah di lepas selama satu tahun belum juga hamil.

2. SARAN
Setiap pasangan suami istri pasti mendambakan anak dari hasil perkawinannya itu, anak adalah merupakan suatu pelengkap dari sebuah keluarga inti,tanpa anak pasangan suami istri tersebut belum bisa dikatakan sebuah keluarga inti/lengkap. Namun, sebuah keluarga berencana demi kesehatan tidak pernah lengkap tanpa penanggulangan masalah infertilitas. Ditinjau dari sudut kesehatanya, keluarga berencana harus meliputi pencegahan dan pengobatan infertilitas, apalagi kalau kejadiannya sebelum pasangan memperoleh anak-anak yang diharapkan.
Beberapa saran untuk pasangan kurang subur :
• Mengubah tehnik hubungan seks, dapat memperhatikan masa subur istri.
• Memilih makanan yang dapat meningkatkan kesuburan suami-istri.
• Menghitung masa minggu subur dengan jalan menggunakan termokauter khusus atau menghitung melalui hari pertama dating bulan.

Asehan dengan klien Autisme

BAB I
PENDAHULUAN

Autisme adalah sebuah penyakit yang satu abad yang lalu hampir tidak terdengar sama sekali, kini sudah hampir menjadi sesuatu yang normal. Perkembangan autisme terutama makin melejit di beberapa dekade terakhir. Ketika sudah terlanjur, Autisme bisa sangat sulit untuk dikendalikan, apalagi untuk disembuhkan. Jika kita mengetahui berbagai potensi penyebabnya, maka mudah-mudahan kita bisa mengatur agar anak kita terhindar dari itu semua.
Mengapa autisme kini menjadi momok bagi banyak orang tua? Diduga karena jumlah angka kejadiannya yang terus meningkat diseluruh dunia. Namun di Indonesia sendiri, belum ada data yang menunjukkan secara pasti besarnya angka kejadian tersebut.
Survey data dari California Department of Developmental Service, AS, melaporkan bahwa sampai Januari 2003, telah terjadi peningkatan kasus anak yang menderita autisme di Amerika Serikat hingga 31%. Ikatan Dokter Anak AS dan Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit AS bahkan menambahkan bahwa jumlah anak yang didiagnosis menderita autisme sekitar 1:166 anak. Padahal, 10 tahun yang lalu, angka kejadiannya hanya 1:2500 anak.
Penyebab pasti autisme belum diketahui sampai saat ini. Kemungkinan besar, ada banyak penyebab autisme, bukan hanya satu. Dahulu sempat diduga bahwa autisme disebabkan karena cacat genetik. Namun cacat genetika tidak mungkin terjadi dalam skala demikian besar dan dalam waktu demikian singkat. Karena itu kemudian para peneliti sepakat bahwa ada banyak kemungkinan penyebab autisme lainnya.





BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1. KONSEP PENYAKIT
A. PENGERTIAN
Autisme Masa Kanak adalah gangguan perkembangan pada anak yang gejalanya sudah tampak sebelum anak tersebut mencapai umur 3 tahun. Hal ini disebabkan karena autisme adalah suatu gangguan yang menyangkut banyak aspek perkembangan yang bila dikelompokkan akan menyangkut tiga aspek yaitu perkembangan fungsi bahasa, aspek fungsi sosial, dan perilaku repetitif. Karena gambaran autisme begitu beragam dan setiap saat seorang anak akan senantiasa mengalami perkembangan, maka penegakan diagnosa tidak bisa begitu saja, sebab bisa saja kemudian diagnosa menjadi berubah-ubah dari waktu ke waktu.

B. ETIOLOGI
Berbagai hal yang dicurigai berpotensi untuk menyebabkan autisme :
a) Vaksin yang mengandung Thimerosal
Thimerosal adalah zat pengawet yang digunakan di berbagai vaksin. Karena banyaknya kritikan, kini sudah banyak vaksin yang tidak lagi menggunakan Thimerosal di negara maju. Namun, entah bagaimana halnya di negara berkembang.

b) Televisi
Semakin maju suatu negara, biasanya interaksi antara anak - orang tua semakin berkurang karena berbagai hal. Sebagai kompensasinya, seringkali TV digunakan sebagai penghibur anak. Ternyata ada kemungkinan bahwa TV bisa menjadi penyebab autisme pada anak, terutama yang menjadi jarang bersosialisasi karenanya Dampak TV tidak dapat dipungkiri memang sangat dahsyat, tidak hanya kepada perorangan, namun bahkan kepada masyarakat dan/atau negara. Contoh paling nyata adalah kasus pada negara terpencil Bhutan - begitu mereka mengizinkan TV di negara mereka, jumlah dan jenis kejahatan meningkat dengan drastis.

c) Genetik
Ini adalah dugaan awal dari penyebab autisme; autisme telah lama diketahui bisa diturunkan dari orang tua kepada anak-anaknya. Namun tidak itu saja, juga ada kemungkinan variasi-variasi lainnya. Salah satu contohnya adalah bagaimana anak-anak yang lahir dari ayah yang berusia lanjut memiliki kans lebih besar untuk menderita autisme. (walaupun sang ayah normal / bukan autis)

d) Makanan
Pada tahun 1970-an, Dr. Feingold dan kolega-koleganya menyaksikan peningkatan kasus ADHD dalam skala yang sangat besar. Sebagai seseorang yang pernah hidup di era 20 / 30-an, dia masih ingat bagaimana ADHD nyaris tidak ada sama sekali di zaman tersebut. Dr. Feingold kebetulan telah mulai mengobati beberapa kasus kelainan mental sejak tahun 1940 dengan memberlakukan diet khusus kepada pasiennya, dengan hasil yang jelas dan cenderung dalam waktu yang singkat.
Terapi diet tersebut kemudian dikenal dengan nama The Feingold Program.
Pada intinya, berbagai zat kimia yang ada di makanan modern (pengawet, pewarna, dll) dicurigai menjadi penyebab dari autisme pada beberapa kasus. Ketika zat-zat tersebut dihilangkan dari makanan para penderita autisme, banyak yang kemudian mengalami peningkatan situasi secara drastis.
Dr. Feingold membayar penemuannya ini dengan cukup mahal. Sekitar tahun 1970-an, beliau dikhianati oleh The Nutrition Foundation, dimana Coca cola, Kraft foods, dll adalah anggotanya. Beliau tiba-tiba diasingkan oleh AMA, dan ditolak untuk menjadi pembicara dimana-mana. Syukurlah kemudian berbagai buku beliau bisa terbit, dan hari ini kita jadi bisa tahu berbagai temuan-temuannya seputar bahaya makanan modern.

e) Radiasi pada janin bayi
Sebuah riset dalam skala besar di Swedia menunjukkan bahwa bayi yang terkena gelombang Ultrasonic berlebihan akan cenderung menjadi kidal.
Dengan makin banyaknya radiasi di sekitar kita, ada kemungkinan radiasi juga berperan menyebabkan autisme. Tapi bagaimana menghindarinya, kami juga kurang tahu. Yang sudah jelas mudah untuk dihindari adalah USG - hindari jika tidak perlu.

f) Folic Acid
Zat ini biasa diberikan kepada wanita hamil untuk mencegah cacat fisik pada janin. Dan hasilnya memang cukup nyata, tingkat cacat pada janin turun sampai sebesar 30%. Namun di lain pihak, tingkat autisme jadi meningkat. Pada saat ini penelitian masih terus berlanjut mengenai ini. Sementara ini, yang mungkin bisa dilakukan oleh para ibu hamil adalah tetap mengkonsumsi folic acid - namun tidak dalam dosis yang sangat besar (normalnya wanita hamil diberikan dosis folic acid 4x lipat dari dosis normal).
Atau yang lebih baik - perbanyak makan buah-buahan yang kaya dengan folic acid, karena alam bisa mencegah tanpa menyebabkan efek samping

g) Sekolah lebih awal
Agak mengejutkan, namun ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa menyekolahkan anak lebih awal (pre school) dapat memicu reaksi autisme. Diperkirakan, bayi yang memiliki bakat autisme sebetulnya bisa sembuh / membaik dengan berada dalam lingkupan orang tuanya. Namun, karena justru dipindahkan ke lingkungan asing yang berbeda (sekolah playgroup / preschool), maka beberapa anak jadi mengalami shock, dan bakat autismenya menjadi muncul dengan sangat jelas.
Untuk menghindari ini, para orang tua perlu memiliki kemampuan untuk mendeteksi bakat autisme pada anaknya secara dini. Jika ternyata ada terdeteksi, maka mungkin masa preschool-nya perlu dibimbing secara khusus oleh orang tua sendiri. Hal ini agar ketika masuk masa kanak-kanak maka gejala autismenya sudah hampir lenyap; dan sang anak jadi bisa menikmati masa kecilnya di sekolah dengan bahagia.
Dan mungkin saja masih ada banyak lagi berbagai potensi penyebab autisme yang akan ditemukan di masa depan, sejalan dengan terus berkembangnya pengetahuan di bidang ini.







C. MANIFESTASI/DIAGNOSA KLINIS
Perkembangan yang terganggu adalah dalam bidang :
a) Komunikasi
kualitas komunikasinya yang tidak normal, seperti ditunjukkan dibawah ini :
o Perkembangan bicaranya terlambat, atau sama sekali tidak berkembang.
o Tidak adanya usaha untuk berkomunikasi dengan gerak atau mimik muka untuk mengatasi kekurangan dalam kemampuan bicara.
o Tidak mampu untuk memulai suatu pembicaraan atau memelihara suatu pembicaraan dua arah yang baik.
o Bahasa yang tidak lazim yang diulang-ulang atau stereotipik.
o Tidak mampu untuk bermain secara imajinatif, biasanya permainannya kurang variatif.
b) Interaksi sosial Adanya gangguan dalam kualitas interaksi social seperti :
o Kegagalan untuk bertatap mata, menunjukkan ekspresi fasial, maupun postur dan gerak tubuh, untuk berinteraksi secara layak.
o Kegagalan untuk membina hubungan sosial dengan teman sebaya, dimana mereka bisa berbagi emosi, aktivitas, dan interes bersama.
o Ketidak mampuan untuk berempati, untuk membaca emosi orang lain.
o Ketidak mampuan untuk secara spontan mencari teman untuk berbagi kesenangan dan melakukan sesuatu bersama-sama.

c) Perilaku aktivitas, perilaku dan interesnya sangat terbatas, diulang-ulang dan stereotipik seperti dibawah ini :
o Adanya suatu preokupasi yang sangat terbatas pada suatu pola perilaku yang tidak normal, misalnya duduk dipojok sambil menghamburkan pasir seperti air hujan, yang bisa dilakukannya berjam-jam.
o Adanya suatu kelekatan pada suatu rutin atau ritual yang tidak berguna, misalnya kalau mau tidur harus cuci kaki dulu, sikat gigi, pakai piyama, menggosokkan kaki dikeset, baru naik ketempat tidur. Bila ada satu diatas yang terlewat atau terbalik urutannya, maka ia akan sangat terganggu dan nangis teriak-teriak minta diulang.
o Adanya gerakan-gerakan motorik aneh yang diulang-ulang, seperti misalnya mengepak-ngepak lengan, menggerak-gerakan jari dengan cara tertentu dan mengetok-ngetokkan sesuatu.
o Adanya preokupasi dengan bagian benda/mainan tertentu yang tak berguna, seperti roda sepeda yang diputar-putar, benda dengan bentuk dan rabaan tertentu yang terus diraba-rabanya, suara-suara tertentu.

D. GEJALA Gejala anak yang menderita autisme umumnya sudah tampak sebelum usia 3 tahun. Apa saja gejalanya?
o Tidak ada kontak mata yang mantap.
o Kurang responsif terhadap lingkungan di sekitarnya.
o Tidak mau bicara secara verbal.
o Tidak mau berkomunikasi dengan bahasa tubuh, seperti tersenyum, merengut, dan sebagainya.
Anak-anak ini sering juga menunjukkan emosi yang tak wajar, temper tantrum (ngamuk tak terkendali), tertawa dan menangis tanpa sebab, ada juga rasa takut yang tak wajar. Kecuali gangguan emosi sering pula anak-anak ini menunjukkan gangguan sensoris, seperti adanya kebutuhan untuk mencium-cium/menggigit-gigit benda, tak suka kalau dipeluk atau dielus. Autisme Masa Kanak lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan dengan perbandingan 3 : 1.
E. KLASIFIKASI Kasus autisme bukan hanya pada kasus autisme klasik, tapi juga pada varian autisme yang lebih ringan, seperti sindroma Asperger dan atipikal autisme.
a) Sindroma Asperger adalah gangguan perkembangan dengan gejala berupa gangguan dalam bersosialisasi, sulit menerima perubahan, suka melakukan hal yang sama berulang-ulang, serta terobsesi dan sibuk sendiri dengan aktivitas yang menarik perhatian. Umumnya, tingkat kecerdasan si kecil baik atau bahkan lebih tinggi dari anak normal. Selain itu, biasanya ia tidak mengalami keterlambatan bicara.
b) Atipikal autisme adalah jenis autisme yang tidak memenuhi kriteria gangguan autisme yang disyaratkan oleh DSM-IV (panduan dalam menegakkan diagnosa gangguan mental). Meskipun begitu, si kecil mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial dan berkomunikasi secara timbal balik. Mungkin juga ia tidak menunjukkan gejala yang khas atau bisa juga gejala-gejalanya lebih ringan dibandingkan penyandang autisme klasik.

2. PENGKAJIAN
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identitas Pasien
Nama :
TTL :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Agama :
Suku/bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Tgl. MRS : Jam :
Tgl. Pengkajian : Jam :
Diagnosa medis :

b. Sumber informasi
Nama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :


2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Keluhan Utama
o -

b. Riwayat Kesehatan Sekarang
o autisme

c. Riwayat Kesehatan Terdahulu
o -

d. Riwayat Lingkungan
o Pasien mempunyai rumah dengan ventilasi yang cukup, dan mempunyai 3 kamar serta 2 anggota keluarga.
o Pasien merupakan anak kedua sedangkan anak pertama tidak mengalami penyakit ini.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga
o Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami penyakit yang sama.

f. Riwayat Psikososial
o –

3. PEMERIKSAAN FISIK (HEAD TO TOE)
a. Keadaan Umum : sedang
b. Kesadaran :
c. Tinggi Badan : cm
d. Berat Badan : Kg
e. Tanda Vital
o Tekanan Darah : mmHg
o Nadi : x/menit
o Respirasi : x/menit
o Suhu badan : C.
f. Kepala
o Warna rambut hitam, bentuk kepala oval, sedangkan gigi dan mulut tidak normal

g. Leher
o Kelenjar tyroid : Normal
o Kelenjar getah bening : Normal
h. Paru-paru
o Respirasi : x/menit
o Ritme : Teratur
o Bentuk dada simetris
i. Jantung : COR (-)
j. Ekstremitas atas dan bawah : Normal
k. Genetalia : normal

4. POLA KEGIATAN SEHARI-HARI (POLA GORDON)
a. Pola Persepsi Management Kesehatan :
• Pasien sebelum masuk RS dirawat oleh orang tuanya

b. Pola Nutrisi Metabolic
1. Makanan
• Porsi makan pasien sangat kurang
• Dibantu oleh ibu untuk menyuapi
• Kadang-kadang muntah

2. Minuman
• Jumlah air yang diminum : + 800 cc
• Jenis air yang diminum : Air putih

c. Pola Eliminasi
1. Buang Air Kecil
• Rasa Nyeri : tidak
• Frekuensi : >3 x/hari
• Warna urine : Kuning
• Bau urine : Amoniak
2. Buang Air Besar
• Rasa nyeri : tidak
• Frekuensi : 2 x/hari
• Warna faeces : Kekuningan
• Konsistensi : Lembek

d. Pola Aktivitas dan Latihan
1. Mobilisasi
• Aktivitas Pasien : selalu dibantu oleh ibu
• Menggunakan alat Bantu : ya

2. Respirasi
• Tidak ada gangguan pola nafas

e. Pola Tidur/Istirahat
• Tidur malam : Jam 08.00 dan bangun Jam
05.00.
• Tidur siang : kadang-kadang
• Pasien sering merasa terbangun dengan sendirinya

f. Pola Kognitif Perceptual
• Status Mental pasien : tidak terlalu baik
• Kemampuan berbicara, membaca dan interaksi : tidak normal

g. Pola Persepsi/Konsep Diri
• Harga diri, ideal diri, identitas diri, gambaran diri serta ideal diri pasien terganggu.
h. Pola Peran Hubungan
• hubungan pasien dengan orang-orang (anak-anak) seusianya tidak baik.

i. Pola Seksual/Reproduksi
• -

j. Pola Koping Toleransi.
• -

k. Pola Nilai Kepercayaan.
• Pasien menganut agama Kristen Protestan.
• Kedua orangtuanya selalu mendukung dalam doa.

5. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. KETERLAMBATAN TUMBUH KEMBANG BERHUBUNGAN DENGAN PERUBAHAN PERTUMBUHAN FISIK.
1. NANDA : Delayed Growth and Development (1986)
Pengertian : Deviasi atau Penyimpangan dari kelompok umur.

Batasan Karakteristik :
o Perubahan Pertumbuhan fisik
o Terlambat atau sulit dalam ketrampilan motor (motor, social, ekspresi) tipe kelompok umur
o Afek datar
o Tidak mampu dalam perawatan diri, control aktivitas diri sesuai umur
o Penurunan gairah, penurunan respon waktu

2. NOC : Child Development : Middle Childhood (6-11
years) (0108)
Domain : functional health (I)
Class : growth & development (B)
Scale : extremely delay from expected range to no
delay expected range (p)

Indikasi :
010801 Mempraktekkan kebiasaan sehat yang baik
010802 Bermain kelompok
010803 Kembangkan pertemanan tertutup
010804 Identifikasi dengan kelompok/teman sebaya
dengan jenis kelamin sama
010807 Ekspresikan perasaan membangun
010808 Tunjukkan kepercayaan diri sendiri
010809 Beri pengertian yang salah dan benar
010810 Mengikuti cara yang aman
010812 Menunnjukkan kreativitas

3. NIC : Behavior Modification (4360)
Aktivitas :
o Tentukan motivasi pasien yang akan dirubah
o Bantu psien untuk mengenal kekuatan dan menguatkannya.
o Mengenalkan pasien kepada orang (kelompok) siapa yang akan berhasil mendapat pengalaman yang sama.
o Berikan rasa kepercayaan ketika pasien menulis secara bebas dari gejala yang terlihat santai.
o Menawarkan/anjurkan pola positif untuk pasien ketika membuat keputusan.
o Mengidentifikasi masalah pasien dalam dirinya
o Fasilitasi untuk proses melibatkan keluarga, jika diperlukan.

BAB III
PEMBAHASAN

Pada anak autisme yang mempunyai inteligensia tinggi, biasa disebut sebagai Asperger. Kelompok ini adalah kelompok autisme yang mempunyai perkembangan fungsi yang tinggi yang kemudian disebut High Function. Nama Asperger sendiri diambil dari nama seorang dokter anak Hans Asperger dari Austria, adalah yang pertama kali mengemukakan kasus autisme ini. Kelompok ini memang mempunyai gangguan berbahasa, tetapi tidak mengalami gangguan perkembangan bicara. Perkembangan bicaranya sesuai dengan jadwal, atau dengan kata lain tidak mengalami keterlambatan bicara. Sekalipun tidak terlambat bicara, berbahasanya sangat kaku.
Anak-anak Asperger ini saat kecilnya sering disangka anak berbakat (gifted children), namun ternyata apa yang dikuasai lebih menjurus pada kemampuan meregistrasi atau pengumpul data, sehingga tidak bisa dikelompokkan sebagai anak berbakat. Kelompok Asperger ini seringkali justru sangat terlambat terdeteksi, karena selain ia mempunyai inteligensia yang baik, juga tidak mengalami keterlambatan bicara. Inteligensianya sering menutupi kekurangannya. Buitelaar mengakui cukup sulit membedakan anak-anak berbakat (gifted children) yang mempunyai inteligensia sangat tinggi namun mengalami gangguan bersosialisasi sebagaimana halnya dengan kelompok Asperger.
Gangguan bersosialisasi pada anak-anak berbakat (gifted children) menurut Buitelaar lagi, lebih banyak disebabkan karena bahasa yang dikuasai anak-anak berbakat sangat berbeda dengan anak-anak lainnya, atau teman sepermainannya. Seringkali anak-anak normal, teman sepermainannya tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh anak-anak berbakat (gifted) ini. Sekalipun antara anak berbakat (gifted children) dan kelompok Asperger mempunyai kesamaan berkemampuan mengumpulkan pengetahuan yang luar biasa, namun tetap Asperger sebagai kelompok autisme, adalah individu yang mengalami kegagalan dalam melihat konteks dan hubungan antar data dalam pengetahuan tersebut.
Andaikan ada dua anak yang satu adalah Asperger dan yang satu adalah anak berbakat (gifted child), mereka mempunyai minatan yang sama pada misalnya berbagai macam dinosaurus. Anak autisme hanya akan mengumpulkan data tentang berbagai macam dinosaurus, tentang kehidupannya, namun tak mampu menganalisa hubungan dinosaurus dengan kehidupan ini di mana justru kemampuan ini dimiliki oleh anak-anak berbakat (gifted child).
Anak autisme juga hanya mempunyai bidang minatan yang sangat sempit, berbeda dengan anak-anak normal, ataupun anak-anak berbakat (gifted) di mana bisa mempunyai bidang minatan yang luas. Buitelaar mencotohkan pada pasiennya yang setiap datang hanya menceritakan tentang mesin cucinya.
Perkembangan fantasi dan imajinasi anak-anak autisme juga sangat kurang, Sehingga andaikan anak ini diajak bermain fantasi ia tidak
akan bisa. Ia hanya mampu melakukan suatu kegiatan yang tidak menggunakan fantasi dan imajinasinya. Andaikan ia memperhatikan satu benda, misalnya sebuah mobil-mobilan ia hanya akan memperhatikan satu bagian saja, dan tak bisa memainkan mobilan itu sebagaimana anak- anak lainnya.














BAB IV
PENUTUP

1. KESIMPULAN
autisme adalah suatu gangguan yang menyangkut banyak aspek perkembangan yang bila dikelompokkan akan menyangkut tiga aspek yaitu perkembangan fungsi bahasa, aspek fungsi sosial, dan perilaku repetitif. Karena gambaran autisme begitu beragam dan setiap saat seorang anak akan senantiasa mengalami perkembangan, maka penegakan diagnosa tidak bisa begitu saja, sebab bisa saja kemudian diagnosa menjadi berubah-ubah dari waktu ke waktu.

2. SARAN
Pertanyaan tentang berbagai pengobatan autisme saat ini yang banyak digunakan bahkan seringkali juga atas anjuran dokter (yang bergerak dalam terapi alternatif), misalnya detoksifikasi untuk menghilangkan racun di otak, diet bebas gluten dan casein, probiotik, megadosis vitamin, hormon, dan sebagainya.
Petugas kesehatan harus menyarankan agar para orang tua tak perlu terkesima dengan reklame komersial yang menyatakan bahwa autisme dapat diobati, sebab menurutnya selain pengobatan model intervensi biologis itu sangat mahal, tidak ada efeknya, juga cukup berbahaya bagi si anak sendiri. Bila dokter memberikan resep obat-obatan psikostimulan, hal itu bukan untuk menyembuhkan autisme, tetapi hanya sekedar untuk mengendalikan emosi dan perilakunya.
Yang terpenting pesannya adalah bagaimana kita harus menanganinya dengan cara melihat faktor lemah dan faktor kuatnya dengan pendekatan psikologi dan pedagogi, yaitu arahkan perilakunya, tingkatkan kecerdasannya, latih kemandirian, ajarkan kerjasama, dan ajarkan bersosisalisasi.
Utamakan pendekatan psikologi dan pedagogi, jika cara-cara ini sudah tidak dimungkinkan barulah bisa diberikan obat- obatan. Para orang tua juga berhak menanyakan apa efek samping dan harapan apa yang bisa dicapai dengan menggunakan psikostimulan itu.Karena bagaimanapun reaksi setiap anak terhadap obat akan berbeda-beda, sehingga diperlukan pemantauan yang baik secara rutin. Di samping itu sampai saat ini belum ada penelitian obat- obatan pada anak di bawah usia 6 tahun, sehingga kita masih belum tahu efek jangka panjangnya.

http://medlinux.blogspot.com/2007/09/Autis si Pengumpul Data at BananaTalk - Lita Mariana’s Weblog.html
 http://medlinux.blogspot.com/2007/09/autisme.OR.ID » GPP PDD.html
 http://harry.sufehmi.com » Blog Archive » Penyebab Autisme.html
 Dikutip dari :Http://id.wikipedia.org/wiki/autisme.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULAR

ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULAR
oleh : RIMTO TJELENI


Tujuan Pembelajaran :
1. Mahasiswa dapat menjelaskan anatomi dan fungsi struktur jantung : Lapisan jantung, atrium, ventrikel, katup semilunar, dan katup atrioventrikular
2. Mahasiswa dapat menjelaskan sirkulasi koroner dan otot jantung yang mensuplai pada setiap pembuluh darah
3. Mahasiswa dapat menjelaskan urutan normal peristiwa yang terkait dengan sistem konduksi jantung.
4. Mahasiswa dapat mendeskripsikan struktur dan fungsi arteri, kapiler dan vena
5. Mahasiswa dapat menjelaskan tekanan darah dan mekanisme pengaturan
6. Mahasiswa dapat mengidentifikasi data objektif dan subjektif yang diperlukan berhubungan dengan dengan sistem kardiovaskular yang diperoleh dari pasien.
7. Mahasiswa dapat mendeskripsikan tehnik yang tepat digunakan dalam pengkajian fisik pada sistem kardiovaskular
8. Mahasiswa dapat membedakan kondisi normal dengan abnormal hasil pengkajian fisik dari sistem kardiovaskular
9. Mahasiswa dapat menjelaskan tujuan, hasil yang diharapkan, dan tanggung jawab keperawatan pada tindakan invasif dan noninvasif dari diagnostik test pada sistem kardiovaskular
10. Mahasiswa dapat mengidentifikasi bentuk gelombang normal EKG dan komponen irama sisnus normal

Pendahuluan :
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama terjadi kesakitan dan kematian di Amerika Serikat. Yang diderita lebih dari satu dari lima manusia. Menurut National Centre for Health Statistics (NCHS) jika semua bentuk penyakit jantung dapat dieliminasi maka harapan hidup akan meningkat lebih dari 10 tahun .Lebih dari 1/6 meninggal akibat meninggal akibat penyakit jantung dibawah dari 65 tahun. Penyakit jantung bukan hanya merupakan penyakit yang diderita oleh pria tetapi juga wanita yaitu 52,6 % kematian wanita akibat penyakit jantung. Kematian wanita karena penyakit jantung terjadi pada wanita menopause dimana kehilangan pengaruh perlindungan oleh estrogen..
Struktur dan fungsi sistem kardiovaskular
Struktur :
Jantung teerletak dalam thoraks antara paru-paru dalam ruang mediastinum. Denyutnya dapat di raba pada interkostal 5. Pulsasi meningkat pada daerah apex yang disebut Point of maximum impulse (PMI).
Lapisan jantung terdiri dari 3 lapisan. Endokardium merupakan lapisan bagian dalam, miokardium merupakan lapisan bagian tengah, dan epikardium merupakan lapisan bagian luar. Kantong perikardium dibentuk oleh bagian viseral pada bagian dalm dan lapisan parietal pada lapisan bagian luar. Terdapat sedikit cairan dalam ruangan yang merupakan pelumas dan mengurangi gesekan pada saat jantung berkontraksi.
Jantung memiliki 4 ruang yang dipisahkan oleh septum dengan 2 ruang pada sebelah kanan dan 2 ruangan pada sebelah kiri. Ruang bagian atas adalah atrium dan ruang bagian bawah disebut ventrikel. Otot atrium lebih tipis dari pada ventrikel. Ventrikel kiri dindingnya lebih tebal dari ventrikel kanan. Hal ini disebabkan karena kekuatan kontraksi ventrikel kiri mempompa darah kedalam sirkulasi sistemik. Ventrikel kanan lebih tipis karena tekanan pompanya lebih rendah kedalam paru-paru.

Aliran darah melalui jantung :
1. Katup jantung : Atrium kanan menerima darah vena dari vena cava inferior dan superior serta sinus koroner. Darah melalui katup trikuspid masuk kedalam ventrikel kanan. Setiap kontraksi, venrrikel kanan memompa darah kedalam arteri pulmonal. Masuk memalui katup pulmonal.
Darah yang berasal dari paru-paru mengalir kedalam atrium kiri melalui vena pulmonal. Selanjutnya dari atrium melalui katup mitral masuk kedalam ventrikel kiri. Saat jantung berkontrasi darah mengalir dari melalui katup aorta dan selanjutnya masuk kedalam sirkulasi sistemik.
Katup Atrioventrikular mencegah aliran balik kedalam atrium selama ventrikel berkontraksi.. Chordae tendineae adalah jaringan ikat tempat melekatnya katup jantung yang berfungsi mencegah darah ker atrium selama kontraksi ventrikel. Katup semilunar mencegah aliran balik saat ventrikel berkotraksi.
2. Suplai darah pada otot jantung ;
otot jantung mendapat darah dari sirkulasi koroner.Aliran darah masuk kedalam arteri koroner selama fase diastol. Cabang arteri koroner membawa darah pada area yang berbeda dari otot jantung. Arteri koroner kanan dan cabang-cabangnya membawa darah ke atrium kanan, ventrikel kanan dan bagian dinding belakang dari ventrikel kiri. Arteri koroner kiri dan cabang2 nya (arteri anterior desending kiri dan arteri circumplex kiri) mensuplai ke atrium kiri dan venrrikel kiri. AV node menerima darah dari arteri koroner kanan (90%). Oleh karena itu apabila terjadi obstruksi dari pembuluh darah ini akan mengakibatkan ganguan sistem konduksi jantung.
Jika aliran darah dari arteri koroner menurun maka terjadi ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhannya. Bila terjadi iskemik dimana akan terjadi injury sel yang bersifat reversible yang mengakibatkan jaringan menjadi hipoksia, penurunan suplai energi, dan akan berkembang sisa metabolisme yang toksik. Hal ini akan menurunkan aktifitas mekanik dan listrik dari jantung. Kekuranga energi otot jantung akan mengakibatkan penurunan fungsi mekanik yang menyebabkan penurunan secara menetap aliran darah pada otot jantung.
2. Infark adalah kehilangan permanen aliran darah pada otot jantung akibat kematian sel. Terjadinya iskemik atau infark tergantung dari jumlah dan area kekurangan oksigen. Jika dalam beberapa bulan atau tahun darah mengalir maka otot jantung akan kehilangan nutrisi dan bahaya bagi otot jantung. Kemungkinan alternatif yang dapat memberikan oksigen ke area tersebut disebut sirkulasi kolateral. Divisi vena koroner paralel dengan arteri koroner. Banyak darah dari sistem koroner mengalir kedalam sinus koroner, dimana pengosongan pada atrium kanan dekat dengan vena cava.

Sistem konduksi ;
Pada dinding jantung terdapat jaringan saraf khusus yang bertanggung jawab menimbulkan dan transfortasi impuls listrik. Akhirnya menimbulkan kontraksi jantung. Impuls jantung dipicu oleh SA node. Depolarisasi sel ini sebagai akibat perubahan ion terhadap sel.. Setiap impuls yang ditimbulkan oleh SA node dibawa melalui internodal pathway. Mekanisme kontraksi otot jantung mengikuti depolarisasi sel. Kontraksi terjadi pada saat filamin aktin dan myosin dari unit kontraktil jantung bergerak bersama. Kalsium akan mengalir masuk kedalam sel setelah depolarisasi, yang mengakibatkan terjadinya kontraksi.
Impuls listrik berasal dari atrium ke AV node yang berlokasi didasar atrium kanan dekat septum. Yang memungkinkan kontraksi dan pengosongan atrium sebelum kontraksi ventrikel dimulai. Eksitasi selanjutnya melalui berkas his dan sepanjang septum interventrikular melalui RBB dan LBB. Left bundle branche bercabang dua yaitu ke bagian anterior dan kebagian posterior. Dan berakhir pada serabut purkinje.
Siklus jantung dimulai saat depolarisasi SA node, dan puncaknya saat darah mengalir masuk kedalam sirkulasi pulmonal dan sirkulasi sistemik.

Elektrokardiogram
Aktifitas listrik jantung dapat dideteksi pada permukaan tubuh dan dicatat sebagai electrocardiogram (ECG). Tulisan P, QRS, T, dan U digunakan mengidentifikasi bentuk gelombang. Gelombang pertama yaitu P dimulai dari pada SA node dan terjadi depolarisasi pada serabut atrium. Gelombang QRS menggambarkan depolarisasi dari AV node melalui ventrikel. Gelombang T menggambarkan repolarisasi ventrikel. Gelombang U, jika nampak menunjukkan penundaan repolarisasi ventrikel dan dapat berhubungan dengan hipokalemia.

Sistem mekanik jantung :
Kontraksi otot jantung menyebabkan ejeksi darah dari ruang jantung  sistol. Relaksasi otot jantung disebut diastol. CO adalah pengukuran dari efisiensi mekanik jantung. CO adal;ah jumlah darah yang dipompakan jantung dalam 1 menit. Jumlah darah yang dipompakan dari ventrikel yaitu
CO = SV x HR.
Normal pada orang dewasa saat istirahat Co dipertahankan pada rentang 4 – 8 l/menit

Faktor yang mempengaruhi CO
Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi yaitu yaitu HR atau SV dan selanjutnya CO. HR diatur oleh terutama sistem saraf otonom. Faktor yang mempangaruhi SV adalah preload, kontraktilitas dan after load.
Starling Law : Otot jantung akan meregang bergantung dari tingginya tekanan kontraksi. Volume darah didalam ventrikel pada akhir diastol sebelum kontraksi berikutnya disebut preload. Preload ditentukan oleh regangan serabut otot jantung.
Kontraktilitas dapat ditingkatkan oleh norepineprin yang dilepaskan oleh sistem saraf simpatis juga epineprin yang diproduksi medulla adrenal atau pemberian obat. Peningkatan kontraksi SV meningkatkan pengosongan ventrikel.
Afterload adalah resistensi perifer berhubungan dengan ventrikel kiri. After load dipengaruhi oleh ukuran ventrikel, regangan dinding ventrikel, dan tekanan darah arteri. Jika tekanan darah arteri meningkat, ventrikel membutuhkan peningkatan resisten guna mengalirkan darah, akan meningkatkan kebutuhan kerja . Peningkatan preload, kontraktilitas, dan afterload meningkatkan beban kerja jantung menyebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen.

Sistem pembuluh darah
Terdapat 3 jenis pembuluh darah utama dalam sistem vaskularisasi yaitu arteri, vena dan kapiler. Arteri berjalan keluar dari jantung, kecuali vena pulmonal membawa darah yang tidak teroksigenasi. Vena berjalan menuju jantung, kecuali vena pulmonal membawa darah yang teroksigenasi. Arteri kecil disebut arteriol, dan vena kecil disebut venula. Sirkulasi darah dari jantung kedalam arteri, arteriol, kapiler, venula, vena, dan kembali ke jantung.

Pengaturan sistem kardiovaskular
1. Ssitem saraf otonom. Termasuk saraf simpatis dan saraf parasimpatis.
2. Pengaruh terhadap jantung : Stimulasi saraf simpatis meningkatkan HR, dan mempercepat rangsang konduksi melalui AV node, dan atrium dan ventrikel berkontraksi.. Stimulasi saraf Para sismpatis melalui saraf vagus menyebabkan penurunan HR melalui aktifitas SA node dan konduksi berjalan lambat menuju AV node.
3. Pengaruhnya terhadap pembuluh darah : Sumber kontrol saraf pada pembuluh darah adalah saraf simpatis. α-adrenergic receptor yang berlokasi pada otot polos pembuluh darah. Stimulasi α-adrenergic receptor menyebabkan vasokontriksi. Penurunan stimulasi α-adrenergic receptor menyebabkan vasodilatasi.
4. Baroreceptor : Terdapat pada arkus aorta dan sinus karotis (yang terdapat pada arteri karotis interna) sangat sensitif terhadap regangan atau tekanan dalam sistem arteri. Stimulasi terhadap reseptor ini akan mengirim informasi ke vasomotor centre pada batang otak. Penghambatan dari sistem saraf simpatis dan peningkatan pengaruh saraf parasimpatis menyebabkan penurunan HR dan vasodilatasi perifer.
5. Chemoreceptor : yang berlokasi dalam arkus aorta dan carotid body. Mempunyai kemampuan mempengaruhi perubahan HR dan tekanan arteri sebagai respon stimulasi kimiawi. Terstimulasi oleh penurunan tekanan O 2 (PO2), peningkatan tekanan CO2 (PCO2), dan penurunan pH plasma. Jika chemoreceptor teraktivasi akan menstimulasi vasomotor centre guna peningkatkan aktfitas jantung.

Pengkajian sistem kardiovaskular
Data subjektif :
Hati-hati melakukan pemeriksaan fisik atau riwayat kesehatan sebagai alat bagi perawat mengenal berbagai gejalasebagai akibat masalah kardiovaskular dari berbagai sistem tubuh. Misalnya sangat perlu untuk menentukan berat badan sebagai akibat makan berlebihan atau retensi cairan tubuh.. Nafas pendek yang disebakan oleh CHF atau COPD.
Pentingnya informasi kesehatan :
Riwayat masa lalu
Banyak penyakit mempengaruhi sisitem kardiovaskular baik langsung maupun tidak. Pasien perlu ditanya tentang riwayat chest pain, nafas pendek, alkoholisme atau minum berlebihan, anemia, demam rematik, sakit tenggorokan akibat kuman streptokokkus, penyakit jantung kongenital, stroke, syncope, hipertensi, thrombophlebitis, intermitten claudication, varises, dan edema.
Pengobatan perlu dikaji yang pernah dan sering digunakan pada masa lalu.
Pembedahan dan pengobatan :
Pasien ditanya tentang pengobatan spesifik, pernah dibedah, dan masuk rumah sakit karena penyakit jantung.

Pola kesehatan fungsional :
Kuat hubungan antara komponen gaya hidup pasien dan dukungan kesehatan kardiovaskular memerlukan pola fungsi kesehatan.

Persepsi kesehatan – pola penanganan kesehatan :
Perawat akan menanyakan pada pasien tentang faktor risiko. Faktor risiko utama termasuk peningkatan serum lipid, hipertensi, merokok, pola hidup yang tidak teratur dan kegemukan. Sering mengalami stres dan diabetes melitus perlu dicari.
Jika pasien merokok, tanyakan jumlah bungkus selama merokok (jumlah bungkus rokok perhari dikali dengan jumlah dalam tahun). Kalau pasien berhenti merokok, tanyakan kapan berhenti. Catat juga penggunaan alkohol, penggunaan obat-obatan. Akhirnya tanya pada pasien pengetahuan dan persepsi pasien terhadap penyakitnya.
Pertanyaan tentang allergi dimana perawat harus menentukan reaksi obat atau reaksi alergi yang pernah dialami. Jika pasien melakukan pengobatan alergi, tanyakan obat apa yang digunakan. Tanyakan juga kemungkinan adanya penyakit-penyakit dalam keluarga misalnya penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah perifer, hipertensi, perdarahan, gangguan jantung, diabetes melitus, atherosclerosis, dan stroke.. Juga gangguan lain pembuluh darah misalnya intermitten claudication dan varises, yang mungkin bersifat familiar. Akhirnya riwayat kesehatan keluarga yang bersifat noncardiac seperti asthma, penyakit ginjal, dan obesitas perlu dikaji kemungkinan pengaruhnya terhadap jantung.

Pola nutrisi-metabolik :
Berat badan rendah atau berat badan berlebihan dapat berindikasi masalah kardiovaskular. Hal ini sangat diperlukan untuk mengkaji riwayat berat badan pasien hubungannya dengan tinggi badan. jenis diet perlu dikaji hubungannya dengan gaya hidup pasien. Kebiasaan mengkonsumsi garam, lemak perlu dicatat. Catat juga kebiasaan makan pasien, hubungan dengan etnik, dan sikap serta rencana makan bagi pasien. Intake makanan dan olah raga.

Pola eliminasi :
Warna kulit, suhu badan, integritas kulit, dan turgor penting sebagai informasi sehubungan dengan masalah sirkulasi. Atrherosclerosis dapat menimbulkan perasaan kedinginan, ekstremitas dingin, dan edema yang merupakan pentunjuk adanya gagal jantung. Pasien yang menggunakan obat diuretik akan melaporkan peningkatan eliminasi berkemih. Masalah yng berhubungan dengan konstipasi perlu ditanyakan. Mengedan pada saat defekasi (Valsava Maneuver) harus dihindari pada pasien yang mengalami masalah kardiovaskular.
Masalah kardiovaskular dapat menghambat kemampuan pasien untuk ke toilet dengan cepat bila sudah mendesak. Pasien perlu ditanya tentang kemungkinan adanya inkontinen atau masalah konstipasi.

Pola aktifitas-olah raga :
Olah raga yang dapat mempertahankan hesehatan jantung yaitu aerobik. Perawat memperoleh informasi tentang olah raga yang dilakukan oleh klien, lamanya dan frekuensi. Lamanya melakukan
Berbagai gejala yang dapat terjadi misalnya nyeri kepala ringan, chest ain, nafas pendek, claudication selama olahraga.
Pasien perlu ditanyakan tentang berbagai keterbatasan dalam aktifitas sehari-hari (ADL) sebagai petunjuk adanya masalah kardiovaskular. Perawat juga harus mengumpulkan informasi tentang waktu senggang yang digunakan klien, dan aktfitas rekreasi..
Pola tidur dan istirahat :
Masalah kardiovaskular dimana klien sering terganggung tidurnya. Paroxysmal nocturnal dyspnea (serangan sesak nafas terutama malam hari) berhubungan dengan gagal jantung yang lebih parah. Banyak pasien gagal jantung pada saat tidur membutuhkan tidur dimana bagian kepala lebih tinggi, Perawat menanyakan berapa banyak bantal yang digunakan di bagian kepala. Nocturia biasanya ditemukan pada pasien gangguan kardiovaskular yang dapat mengganggu pola tidur yang normal.

Pola kognitif-persepsi :
Nyeri berhubungan dengan sistem kardiovaskular seperti chest pain dan claudication. Masalah-masalah lain seperti disritmia, hipertensi, stroke dapat menyebabkan masalah vertigo, gangguan berbahasa, dan gangguan memori.

Pola persepsi diri-konsep diri :
Penggunaan prosedur yang bersifat invasif dan prosedur paliatif dapat mengakibat adanya gangguan citra tubuh. Pada pasien penyakit jantung kronik, dimana pasien mungkin tidak dapat mengidentifikasi penyebab tetapi pasien dapat menjelaskan tingkat aktifitas. Penyakit ini juga dapat menyebabkan harga diri pasien kurang. Oleh karena itu penting untuk memperoleh informasi tentang pengaruh penyakit terhadap pasien.

Pola hubungan peran :
Seks, usia dan ras pasien seluruhnya berhubungan dengan kesehatan kardiovaskular dan penting untuk informasi dasar. Diskusikan dengan pasien sehubungan dengan status perkawinan, peran pasien didalam keluarga, jumlah anak dan usia masing-masing, lingkungan tempat tinggal, dan orang yang terdekat. Infirmasi ini akan membantu perawat untuk mengidentifikasi sistem dukungan dan kekuatan dalam kehidupan pasien. Perawat harus mengkaji tingkat kesejahteraan klien terutama pada setiap perannya hati-hati sebagai sumber stres atau konflik.

Pola seksualitas dan reproduksi :
Tanyakan tentang pengaruh masalah kardiovaskular pada pola seksual dan kenyamanan. Pasien kadang takut dapat meninggal secara tiba-tiba saat melakukan seksual intercourse, yang akhirnya menimbulkan masalah besar dalam perilaku seksual. Kelelahan dan sesak nafas dapat mengganggu dalam melakukan aktifitas sesuksual. Banyak pengobatan yang dapat menyebabkan klien mengalami impotensi misalnya dengan pengobatan β-adrenergic blockers, dan diuretik. Juga impotensi terjadi pada penyakit pembuluh darah perifer.
Perlu konseling pasangan suami isteri.

Pola toleransi koping dan stres :
Pasien harus ditanya guna mengidentifikasi kemungkinan adanya stres dan kecemasan. Kemungkinan yang dapat menyebabkan adanya stres adalah hubungan perkawinan, keluarga, pekerjaan, ibadah, teman, biaya, dan perumahan. Perlu pula didentifikasi metoda koping yang digunakan pasien dalam menangani masalahnya.
Perilaku seperti eksplosif, bicara cepat, dan emosi misalnya marah dan kebencian mungkin berhubungan dengan risiko penyakit jantung. Pasien dan keluarganya ditanyakan bagaimana perilakunya.
Informasi tentang dukungan dari keluarga, extended family dan teman, ahli psikologi, ulama dapat merupakan informasi yang baik untuk mengembangkan rencana keperawatan.

Pola nilai dan kepercayaan :
Nilai-nilai dan kepercayaan berhubungan erat dengan budaya sangat memegang peranan penting dalam tingkat konflik pasien dalam penanganan diagnosa dari penyakit kardiovaskular. Beberapa pasien menyalahkan sang penciptanya mengapa dia harus sakit, tetapi ada juga merasa kekuatan dari sang pencipta akan menolongnnya. Pengetahuan pasien tentang nilai-nilai dan kepercayaan merupakan infromasi yang berguna bagi perawat untuk menangani selama periode krisis, berguna pula dalam menangani krisis dengan mempertimbangkan sistim nilai pasien.

Data objektif
Pemeriksaan fisik :
Tanda-tanda vital.Tekanan darah perlu diukur saat baring, duduk dan berdiri. Tekanan darak diambil pada kedua lengan. Denyut nadi, temperatur dan frekuensi pernafasan perlu diidentifikasi adanya perubahan sebagai akibat kompensasi jantung.
Sistem pembuluh darah perifer



Inspeksi :
Inspeksi warna kulit, distribusi rambut, aliran darah vena dapat memberikan informasi tentang aliran darah arteri dan venous return. Ekstremitas : edema, thrombophlebitis, varises vena, dan lesi.
Lakukan pengukuran waktu pengisian kapiler normalnya 3 detik. Perhatikan pembesaran vena leher ( vena jugular internal dan eksternal) kemungkinan adanya peningkatan pada posisi duduk. Distensi dan penonjolan pulasai pada vena leher dapat disebabkan peningkatan tekanan atrium kanan.

Palpasi :
Palpasi denyut pada leher dan ekstremitas dapat memberikan infromasi terhadap aliran darah arteri. Denyut nadi dapat dipalpasi untuk mengkaji volume dan tekanan setiap pembuluh darah. Karakteristik arteri pada bagian kiri dan kanan tubuh dapat diperbandingkan. Penting untuk mempalpasi setiap denyut karotis.
Saat arteri dipalpasi, perawat perlu mencatat tekanan gelombang denyutan atau sejauhmana dinding pembuluh darah mengalami distensi bila denyut terjadi. Volume pulsasi dapat teraba penuh, normal, lemah, dan tidak ada ( penuh = 3+, Normal = 2+, lemah = 1+, tidak ada = 0).

Auskultasi :
Auskultasi arteri besar misalnya arteri karotis, aorta abdominal, arteri femoral.

Thoraks
Inspeksi dan palpasi :
Inspeksi semua struktur tulang pada thoraks, termasuk sendi sternoclavicular, manubrium, dan bagian atas dari sternum. Pulsasi arkus aorta atau arteri innominata dapat diobservasi maupun dipalpasi. Thrill (vibrasi) disebabkan oleh pembuluh darah tidak normal.
Inspeksi dan palpasi area katup jantung yang menimbulkan suara dapat diketahui melalui interkostal.
Area auskultasi dapat dideteksi pada :
- katup aorta pad area ICS (intercostal spaces) kedua pada bagian kanan dari sternum.
- Katup pulmonal pada ICS kedua pada bagian kiri dari sternum
- Katup trikuspid pada ICS keempat kiri sternum
- Katup mitral pada area garis midklavikula kiri pada tingkat ICS keempoat.
Katup mitral diinspeksi untuk PMI pada saat pada posisi baring.
Perkusi :
Batas kiri dan kanan jantung dapat diperkirakan melalui perkusi. Perawat berdiri dibagian kanan

Auskultasi :
Katup jantung akan menyebabkan turbulensi aliran darah. Vibrasi darah disebabkan adalnya bunyi jantung. Bunyi jantung dapat didengar melalui steteskop yang diuletakkan diatas dinding toraks. Bunyi jantung pertama (S1) berhubungan dengan penutupan katup trikuspid dan katup mitral yang kedengaran agak halus  LUBB. Bunyi jantung kedua (S2) yang berhubungan dengan penutupan katup aorta dan katup pulmonal terdengar agak tajam  DUPP. S1 menunjukkan akan dmulai peristiwa sistol. S2 menunjukkan dimulainya peristiwa diastol.
S1 dan S2 dapat didengar dengan baik dengan menggunakan bagian dari diaphragma karena suara agak keras. Bunyi jantung ekstra (S3 dan S4) jika ada didengar dengan baik menggunakan bell dari stetoskop karena suaranya lebih rendah. Perawat daat mendengar pada area apikal bersamaan dengan meraba denyut nadi radial, biasanya terjadi pengurangan pada denyut nadi radial. Bunyi jantung yang teratur atau tidak teratur juga dapat didengar didaerah apex.
Palpasi arteri karotis saat auskultasi sebab dapat terjadi perbedaan S1 dari S2 dan sistol dari diastol.
Secara normal tidak ada bunyi antara S1 dan S2 selama periode sistol dan diastol. Jika terdapat bunyi menunjukkan tidak normal.
S3 biasanya berhubungan dengan pengisian ventrikel. S3 dapat terjadi pada pasien gagal ventrikel kiri atau regurgitasi katup mitral. Kedengaran keras setelah bunyi S2 yang disebut ventricular gallop. S4 disebabkan mendahului S1 yang disebut Atrial Gallop. S4 dapat terdengar pada pasien penyakit jantung koroner, hipertrofi ventrikel kiri, atau stenosis aorta.

Murmur :
Bunyi yang terjadi sebagai akibat turbulensi aliran darah jantung atau dinding pembuluh darah yang lebar. Banyak murmur sebagai akibat jantung yang tidak normal tetapi dapat juga terjadi pada struktur jantung yang normal. Murmur bergradasi pada skala 1-6
Bunyi abnormal terjadi selama fase sistol dan distol.




Diagnostik test :
Noninvasive :
Chest X-ray : Menggambarkan bentuk, ukuran dan perubahan anatomi jantung. Pada pemeriksaan ini dapat dicatat pembesaran dan pergeseran jantung.
Electrocardiogram : Dasar adanya gelombang P, QRS, T yang digunakan untuk mengkaji fungsi jantung.
Exercise Testing : Biasanya terjadi hanya pada saat aktifitas. Metoda ini digunakan untuk menilai EKG, tekanan darah, dan gejala-gejala akibat aktfitas. Pasien dapat melaukan treadmill atau stationary bicycle.
Echocardiogram : yaitu menggunakan gelombang ultrasound untuk mencatat gerakan struktur jantung. Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang ketidaknormalan (1) gerakan dan struktur katup, (2) ukuran ruang jantung dan isinya, (3)gerakan septum dan ketebalannnya, (4) kantong pericard, (5) aorta ascending.
Magnetic Resonance Imaging : Dapat mendeteksi dan melokalisasi area MI.

Laboratorium studi :
Diagnostik test pada infark jantung : Bila sel mengalami kerusakan akan melepaskan isi sel termasuk enzim kedalam sirkulasi darah. Enzim yang dapat dideteksi pada injury sel jantung adalah Creatine Kinase (CK), Lactic Dehydrogenase (LDH), dan serum aspartate aminotransferase 9AST) yang dikenal sebagai serum glutamic-oxaloacetic transaminase (SGOT). Oleh karena enzim ini ditemukan diberbagai sel tubuh yang dapat meingkat sebagai akibat injury pada otot, hati, otak, dan organ lain..
CK berada pada otot jantung, otot rangka dan jaringan otak. CK-MM ditemukan terutama pada otot rangka, dan CK-BB ditemukan terutama dalam otak dan jaringan saraf. CK-MB meningkat secara spesifik pada injury otot jantung yang peningkatannya dapat diteksi dalam 4 – 6 jam setelah terjadi MI.
LDH1 dan LDH2 terutama ditemukan dalam jantung, sel darah merah, dan ginjal. LDH3 ditemukan pada paru-paru, LDH4 dan LDH5 ditemukan dalam hati dan otot rangka. Biasanya LDH1 dan LDH2 meningkat pada 8 –12 jam setelah MI.
AST terdapat pada jantung, hati, otot rangka, ginjal, pakreas, dan sel darah merah.
Proponin adalah protein otot jantung yang dilepaskan kedalam darah setelah injury. Ada dua sub tipenya yaitu troponin T dan troponin I dan keduanya spesifik untuk janringan jantung. Secara normal tidak ditemukan dalam sirkulasi dan akan meningkat bila terjadi kerusakan otot jantung. Troponin T mencapai puncaknya dalam 12 jam dan meningkat secara khusus pada 3 – 6 jam setelah mulai gejala.

Lemak darah :
Termasuk trigliserida, cholesterol dan phospholipid. Bersirkulasi dalam darah dalam ikatan dengan protein, sehingga disebut lipoprotein.
Trigliserida adalah terutama disimpan dalam bentuk lipid yang rata-rata 95% dari janringan lemak. Cholesterol adalah komponen struktur membran sel dan plasma protein yang membentuk glukokortikoid, hormon seks, dan garam empedu. Ini diabsorpsi dari makanan dalam saluran cerna, cholesterol juga disintesa dalam hati. Phospholipid mengandung gliserol, asam lemak, phosphate dan komponen nitrogen.. Walaupun dibentuk dibanyak sel, phospholipid biasanya masuk kedalam sirkulasi sebagai lipoprotein yang disintesa oleh hati. Klas lipoprotein :
1. Chylomicron  terutama trigliserida eksogen yang diperoleh dari makanan berlemak.
2. Very-low-density lipoprotein (VDLDL) : terutama trigliserida endogen dengan sedikit phospholipid dan cholesterol.
3. Low-density lipoprotein (LDL) : dengan jumlah cholesterol yang banyak dan sedikit phospholipid
4. High-density lipoprotein (HDL) : terdapat setengah protein dan setengah phospholipid dan cholesterol.
Peningkatan LDL yang tinggi berhubungan dengan penyakit jantung koroner., Peningkatan kadar HDL akan berperan mencegah mobilisasi cholesterol dai jaringan.
Tindakan invasif :
Kateterisasi jantung adalah prosedur yang sering dilakukan yang dapat memberikan informasi tentang CAD, penyakit jantung kongenital, penyakit katup jantung, dan fungsi ventrikel. Kateterisasi jantung dapat digunakan untuk mengukur tekanan inyrakardiac dan kadar O2 dan juga CO2. Dilakukan injeksi zat kontras dan dengan menggunakan x-ray, dimana runag jantung dapat dilihat serta gerakan dinding jantung. Prosedur ini dilakukan insersi cateter kedalam bagian kanan atau kiri jantung Untuk bagian kanan jantung, maka kateter dimasukkan melalui vena lengan (vena basilica atau vena cephalica) atau vena tungkai (vena femoral). Kateter melalui vena cava, atrium kanan, dan ventrikel kanan. Kateter dapat dilanjutkan kedalam arteri pulmonal dan tekanannya dapat dicatat.
Bila disebelah kiri jantung dilakukan insersi kedalam arteri femoral. Arteri brachialis dapat juga digunakan.
Bila masuk kedalam kedalam jantung kiri dan kanan, dapat diambil dari ruang jantung untuk analisa O2.. Perawat harus menginformasikan berapa lama prosedur ini dilakukan (2 – 3 jam)

Monitor hemodinamik :
Central venous pressure (CVP) dilakukan bila berindikasi gangguan volume cairan. CVP mengukur tekanan dalam atrium kanan dan juga mengukur preload. CVP dapat digunakan sebagai pedoman pemberian cairan misalnya overhidrasi atau dehidrasi.
CVP dapat diukur dengan sistem mmHg atau dengan manometer air (cm H2O). Ujung kateter disambungkan dengan three-way stopcock. Normal CVP 2 – 9 mmHg (3-12 cm H2O).

Asuhan Keperawatan Klein dengan TBC

BAB I
PENDAHULUAN

Proses Keperawatan di Indonesia sedang berkembang kearah profesional. Tuntutan sejajar dengan profesi lain disamping masukan era globalisasi, menyebabkan banyak sekali hal yang harus dilakukan oeh para anggota profesi keperawatan. Hal ini tidak akan tercapai tanpa kecintaaan dan keloyalan dari anggota profesinya untuk senantiasa berkembang. Berbagai peran seharusnya dikembangkan oleh setiap angota profesi sebagai educator , provider, researcher, dan sebagainya/ ketertinggalan jauh dibidang kesehatan termasuk keperawatan di Indonesia dengan negara luar endaknya memacu kita untuk lebih menggali lagi potensi profesi Keperawatan.
Dalam lingkup dunia kesehatan sekarang ini perawat di hadapkan pada isu-isu dan situasi yang semakin kompleks yang di akibatkan oleh perkembangan teknologi, keakutan yang makin besar dari pasien di linkungan rumah sakit maupun komunitas, populasi yang menua, proses penyakit yang kompleks, dan factor-faktor etis dan kebudayaan yang terus menerus berubah. Dahulu, perawat menggunakan pendekatan penyelesaian masalah dalam merencanakan dan memberikan Asuhan Keperawatan. Sekarang bagian pembuatan keputusan dari pemecahan masalah menjadi semakin kompleks dan membutuhakan cara berpikir yang kritis.
Menjadi seorang Perawat, diharapkan jika menghadapi pasien yang ketakutan dan kebingungan, harus dapat bertindak dengan cepat dan tepat untuk menilai makna gejala-gejala dan gambaran objektif dari pasien. Pada makalah ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang Tuberculosa (TBC) dan Asuhan Keperawatan pada Tuberculosa (TBC).









BAB II
TINJAUAN TEORITIS


A. DEFINISI
Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycrobacterium Tuberculosis, yang sifatnya tahan asam dan aerob lebih senang pada daerah lembab. Pada umumnya menyerang alveoli paru-paru.
B. ETIOLOGI
Penyebab TBC adalah Mycrobacterium Tuberculosis, jenis kuman yang berbentuk batang/basil gram posititf dengan ukuran panjang 1-4 µm dan tebalnya 0,3 – 0,6 µm, bersifat tahan asam dan aerob yang disebut juga kuman tahan asam (BT).
Pertumbuhan kuman ini secara aerob obugat, pertumbuhan lambat, waktu pembelahan sekitar 20 jam, suhu pertumbuhan optimum 370 Celcius. Daya tahan kuman ini lebih besar dibandingkan dengan kuman lain, karena sifat hidrofonik permukaan sel. Tiap tipe mikrobakterium mengandung beberapa protein yang menimbulkan reaksi tuberculin. Protein yang terikat pada fraksi lilin dapat membangkitkan sensitivitas tuberculin.
Kuman ini dapat hidup pada udara yang kering maupun pada keadaan dingin. Hal ini dapat terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadi aktif.
C. PATOGENESIS
Infeksi biasanya terjadi melalui debu atau titik cairan (droplet) yang mengandung kuman tuberculosis dan masuk ke jalan nafas. Penyakit timbul setelah kuman menenetap dan berkembang biak dalam paru-paru atau kelenjar bening regional. Perkembangan penyakit tergantung pada :
a) Dosis kuman yang masuk
b) Daya tahan dan hipersensitif hospes
Ada 2 kelainan patologi yang terjadi :
1. tipe eksudatif/tuberculosis primer
2. tipe produktif/tuberculosis post-primer.


D. GAMBARAN KLINIS
o Demam
o Batuk tidak berdahak → batuk berdahak
o Sesak nafas
o Nyeri dada
o Malaise → kurang nafsu makan, sakit kepala, nyeri otot.
o Banyak berkeringat pada malam hari.


E. PENATALAKSANAAN
Tuberkulosis perlu diobati terutama dengan agen kemoterapi selama 6-12 bulan. Beberapa jenis resisten oral yang harus dipertimbangkan selama merencanakan terapi efektif.
o Resisten obat primer adalah terhadap satu agen anti tuberculosis garis depan pada individu yang sebelumnya belum mendapatkan pengobatan.
o Resisten banyak obat sekunder adalah resisten terhadap 2 agen seperti INH dan RIFAMPICIN.
o Resisten obat sekunder adalah resisten terhadap satu atau lebih agen anti tuberculosis pada pasien yang sedang menjalani terapi.
BGG (bacillus calmette Guerin) adalah M. Bouis yang telah dilemahkan sebagai vaksin hidup untuk pencegahan dengan meningkatkan imunitas seluler.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
o Pengumpulan riwayat kesehatan
o Pemeriksaan fisik
o Pemeriksaan rontgenorafi
o Pemeriksaan bakteriologi
o Test kulit (tuberculin)
o Sputum -sputum pagi hari untuk kultur BTA)
o Test biokimia, test resistensi, test serologi.




G. PENGOBATAN
Pemberian obat anti mikroba.
o Azoniacid : 5-10 MG/Kg atau 30 MG/hari
o Etiambutol : 25 MG/Kg selama 60 hari kemudian 15 MG/Kg
o Rifampion : 600 MG sekali/hari.
Terapi preventif :
o Pendidikan kesehatan bagi anggota keluarga yang dekat hubungan dengan orang yang baru saja didiagnosa TBC.
o Test tuberculosis dan sinar-X.

H. PENCEGAHAN
Tindakan-tindakan kesehatan masyarakat.
o Kebersihan diri sendiri
o Kesehatan lingkungan



BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
1.1. Pengumpulan Data
1.1.1. Identitas Penderita
o Nama : Tn J.M
o Umur : 31 Tahun
o Alamat : Lobu, Jaga III, Kec. Toluaaan
o Jenis Kelamin : Laki-Laki
o Suku/Bangsa : Minahasa/Indonesia
o Agama : Kristen Protestan
o No. RM : 1577
o Tanggal MRS : 04 Juli 2007 Jam 20.00 Wita
o Tanggal pengkajian : 05 Juli 2007 Jam 09.00 Wita
1.1.2. Data Umum
1.1.2.1. Keluarga yang dapat dihubungi : Istri
1.1.2.2. masuk via : UGD
1.1.2.3. alat yang digunakan : Kursi roda

2. RIWAYAT KESEHATAN
2.1.1. Riwayat Keluhan Utama :
o Batuk, Sesak nafas, nyeri dada, batuk berdarah.
2.1.2. Riwayat Kesehatan Sekarang :
o Diagnosis Medis Tuberkulosa
2.1.3. Riwayat Kesehatan Terdahulu :
o Pasien tidak mempunyai kebiasaan merokok
o Pasien mempunyai kebiasaan minum minuman alcohol
o Pasien tidak mempunyai riwayat alergi
o Pasien pernah menderita penyakit yang sama selama 6 bulan pada tahun 2006.


2.1.4. Riwayat Lingkungan
o Pasien mempunyai rumah dengan ventilasi yang cukup, dan mempunyai 2 kamar serta 4 anggota keluarga.
2.1.5. Riwayat Kesehatan Keluarga :
o Pasien tidak pernah mengalami penyakit yang sama.
2.1.6. Riwayat Psikososial
o Pasien merasa terisolasi dengan penyakit yang dialaminya
o Pasien aktif berhubungan dengan orang-orang disekitarnya.

3. PEMERIKSAAN FISIK (HEAD TO TOE)
3.1.1. Keadaan Umum : Sedang
3.1.2. Kesadaran : Baik
3.1.3. Tinggi Badan : 168 cm
3.1.4. Berat Badan : 55 Kg
3.1.5. Tanda Vital
 Tekanan Darah : 120/70 mmHg
 Nadi : 88 x/menit
 Respirasi : 26 x/menit
 Suhu badan : 370 C.
3.1.6. Kepala
 Warna rambut hitam, bentuk kepala oval, gigi dan mulut normal
3.1.7. Leher
 Kelenjar tyroid : Normal
 Kelenjar getah bening : Normal
3.1.8. Paru-paru
 Respirasi : 26 x/menit
 Ritme : Teratur
 Tidak ada retraksi
 Bentuk dada simetris
 Suara nafas pokok versikuler
3.1.9. Jantung : COR (-)
3.1.10. Ekstremitas atas dan bawah : Normal
3.1.11. Genetalia : normal

4. POLA KEGIATAN SEHARI-HARI (POLA GORDON)
4.1.1. Pola Persepsi Management Kesehatan :
4.1.1.1. Kecemasan
• Pasien mengalami batuk + 2 minggu
• Pasien mengalami demam
• Berat badan pasien menurun
4.1.2. Pola Nutrisi Metabolic
4.1.2.1. Makanan
• Jika makan merasa muntah
• Porsi makan pasien berkurang
• Terjadi gangguan menelan
• Sebelum makan merasa muntah
4.1.2.2. Minuman
• Jumlah air yang diminum : + 1000 cc (5 gelas)
• Jenis air yang diminum : Air putih
• Setelah minum pasien merasa muntah
4.1.3. Pola Eliminasi
4.1.3.1. Buang Air Kecil
• Rasa Nyeri : Tidak
• Warna urine : Kuning
• Bau urine : Amoniak

4.1.3.2. Buang Air Besar
• Rasa nyeri : Tidak
• Frekuensi : 2 x/hari
• Warna faeces : Kekuningan
• Konsistensi : Lembek
4.1.4. Pola Aktivitas dan Latihan
4.1.4.1. Mobilisasi
• Aktivitas Pasien : Bisa sendiri dan kadang-kadang dibantu
• Menggunakan alat Bantu : tidak
• Gangguan lain yang dirasakan pasien saat beraktivitas adalah batuk dan sesak nafas
4.1.4.2. Respirasi
• Pasien merasa sesak nafas
• Pasien merasa batuk
• Pola nafas pasien tidak efektif
4.1.5. Pola Tidur/Istirahat
• Tidur malam : Jam 12.00 dan bangun Jam
05.00.
• Tidur siang : Jam 13.00 dan bangun Jam
16.00.
• Pasien sering meras terbangun dengan sendirinya
• Pasien sering terbangun karena ribut
4.1.6. Pola Kognitif Perceptual
• Status Mental pasien : Sadar
• Kemampuan berbicara, membaca dan interaksi : normal
• Penglihatan Pasien : Normal
• Vertigo : Normal
4.1.7. Pola Persepsi/Konsep Diri
• Harga diri, ideal diri, identitas diri, gambaran diri serta ideal diri pasien tidak terganggu.
4.1.8. Pola Peran Hubungan
• Peran dan hubungan pasien dengan orang-orang terdekat : baik.
4.1.9. Pola Seksual/Reproduksi
• Dampak sakit terhadap pola seksual pasien tidak terganggu.
4.1.10. Pola Koping Toleransi.
• Masalah utama pasien selama masuk rumah sakit adalah masalah perawatan diri
• Pasien memiliki kecemasan yang meningkat

4.1.11. Pola Nilai Kepercayaan.
• Pasien menganut agama Kristen Protestan
• Pasien taat menjalankan ibadah
• Pasien yakin akan sembuh dari penyakit.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
5.1.1. Pemeriksaan Laboratorium
5.1.1.1. Darah :
• Hb : 10,8 gr%
• Leukosit : 10.000 mm3
• LED : 15/41
• PCV : 40 %
5.1.1.2. Pemeriksaaan Radiology
• Foto thorax : Apex kiri dan kanan
5.1.1.3. Tes Tuberculin : Tidak dilakukan

6. KLASIFIKASI DATA
6.1.1. Data Subjektif
 Pasien mengatakan rasa sesak nafas
 Pasien mengatakan nafsu makan berkurang
 Pasien mengatakan tidak bisa tidur
 Pasien mengeluh nyeri dada
6.1.2. Data Objektif
 Batuk
 Berkeringat banyak
 Anoreksia
 BB menurun
 Pada batuk terdapat sputum bercampur darah
 Vital sign :
• Tekanan Darah : 120/70 mmHg
• Nadi : 88 x/menit
• Respirasi : 26 x/menit
• Suhu badan : 37 0 C.

7. POHON MASALAH

































BAB IV
RENCANA KEPERAWATAN

1. BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF (DX 1)
Definisi : Ketidakmampuan dalam memberikan sekresi atau obstruksi dari
saluran pernafasan untuk menjaga kebersihan jalan nafas.
Tujuan criteria/hasil
A. Klien Outcomes
o Suara nafas bersih
o Tidak ada wezzing dan ronchi
o Memperlihatkan perubahan sputum dalam warna, jumlah maupun bau.
o Mampu mempertahankan metode untuk mengeluarkan sputum
B. Nursing Out Comes (NOC) : Bersihan jalan nafas tidak efektif
Kemungkinan hasil yang dicapai :
o Control respirasi
o Status respirasi : kepatenan jalan nafas
o Status respirasi : pertukaran gas
o Status respirasi : ventilasi

2. POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF (DX 2)
Definsi : Ventilasi atau pertukaran udara inspirasi dan atur ekspirasi tidak
adekuat
Tujuan criteria/hasil :
A. Klien out comes
o Pola nafas tidak efektif ditandai dengan memperihatkan tidak ada sesak nafas
o Tidak ada cyanosis
B. Nursing out Comes (NOC) : pola nafas tidak efektif
o Status respirasi : kepatenan jalan nafas
o Status respirasi : ventilasi
o Status tanda vital

3. INTOLERANSI AKTIVITAS (DX 3)
Definisi : Ketidakcukupan energi secara fisologis atau psychologis dalam
pemenuhan aktivitas sehari-hari yang dibutuhkan atau diperlukan.
Tujuan criteria/hasil
A. Klien Out Comes
o Klien mampu beraktivitas secara normal
B. Nursing out Comes (NOC) : intoleransi aktivitas
Kemungkinan hasil yang dicapai
o Toleransi aktivitas
o Ketahanan
o Penyimpangan energi
o Perawatan terhadap kebutuhan sehari-hari.




















BAB V
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Penularan tuberculosis paru terjadi karena penderita TBC membuang ludah dan dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan atau dibersinkan keluar. Dalam dahak dan ludah ada basil TBC-nya , sehingga basil ini mengering lalu diterbangkan angin kemana-mana. Kuman terbawa angin dan jatuh ketanah maupun lantai rumah yang kemudian terhirup oleh manusia melalui paru-paru dan bersarang serta berkembangbiak di paru-paru
Pada permulaan penyebaran akan terjadi beberapa kemungkinan yang bisa muncul yaitu penyebaran limfohematogen yang dapat menyebar melewati getah bening atau pembuluh darah. Kejadian ini dapat meloloskan kuman dari kelenjar getah bening dan menuju aliran darah dalam jumlah kecil yang dapat menyebabkan lesi pada organ tubuh yang lain. Basil tuberkolusis yang bisa mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari 1-3 basil. Dengan adanya basil yang mencapai ruang alveolus, ini terjadi dibawah lobus atas paru-paru atau dibagian atas lobus bawah, maka hal ini bisa membangkitkan reaksi peradangan. Berkembangnya leukosit pada hari hari pertama ini di gantikan oleh makrofag.Pada alveoli yang terserang mengalami konsolidasi dan menimbulkan tanda dan gejala pneumonia akut. Basil ini juga dapat menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening regional, sehingga makrofag yang mengadakan infiltrasi akan menjadi lebih panjang dan yang sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epitelloid yang dikelilingi oleh limfosit,proses tersebut membutuhkan waktu 10-20 hari. Bila terjadi lesi primer paru yang biasanya disebut focus ghon dan bergabungnya serangan kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Kompleks ghon yang mengalami pencampuran ini juga dapat diketahui pada orang sehat yang kebetulan menjalani pemeriksaan radiogram rutin.Beberapa respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas.Pada proses ini akan dapat terulang kembali dibagian selain paru-paru ataupun basil dapat terbawa sampai ke laring ,telinga tengah atau usus.


2. SARAN
Dalam menangani pasien dengan tuberculosa hendaknya hati-hati karena proses penyebarannya yang sangat mudah dan cepat yaitu lewat udara, karena itu sebagai petugas kesehatan hendaknya hati-hati dalam merawat atau menangani suatu pasien dengan kasus TBC.
Kadang-kadang kita tidak mengetahui bahwa ada pasien yang sudah suspect TBC tapi masih berkeliaran/berjalan bebas di lingkungan atau daerah sekitar kita, sehingga dengan sangat gampang dan mudah kita atau orang lain tertular TBC. Mungkin masalah-masalah yang sederhana yang dapat kita lakukan misalnya penggunaan masker pelindung jika kita sebagai petugas kesehatan atau menghindari kontak langsung dengan penderita.


DAFTAR PUSTAKA

• Jhonson, marion, etc, Nursing Outcomes Classification (NOC) second edition, iowa out comes production, 2000.
• Budi santosa, NANDA, “ diagnosa keperawatan NANDA definisi dan klasifikasi

Askep ISK ( Infeksi saluran Kemih)

BAB I
PENDAHULUAN

Infeksi saluran kemih adalah istilah yang pakai untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak, remaja, dewasa maupu pada umur lanjut.
Akan tetapi dari kedua jenis kelamin, ternyata wanita lebih sering daripada pria dengan angka populasi umum, kurag lebih 5 – 15 %. Untuk menyatakan adanya ISK harus ditemukan bakteri didalam urin. Bakteriuria bermakna yang disertai gejala pada saluran kemih disebut bakteriouria bergejala sedangkan yang tanpa gejala disebut bakteriuria tanpa gejala. Mikroorganisme yang paling sering menyebabkan ISK adalah jenis bakteri aerob. Saluran kemih normal tidak dihuni oleh bakteri atau mikroba yang lain, karena itu urin dalam ginjal dan buli-buli biasa steril. Walaupun demikian uretra bagian bawah terutama pada wanita dapat dihuni oleh bakteri yang jumlahnya makin kurang pada bagian yasng mendekati kandung kemih.



BAB II
TINJAUAN TEORITIS


A. KONSEP PENYAKIT
a. PENGERTIAN
Infeksi saluran kemih adalah ditemukannnya bakteri pada urin di kandung kemih, yang umumnya steril. Istilah ini dipakai secara bergantian dengan istilah infeksi urin. Termasuk pula berbagai infeksi di saluran kemih yang tidak hanya mengenai kandung kemih (Prostates, Uretris).
Dikatakan bakteriuria positif pada pasien asimtomatis bila terdapat lebih dari 105 unit koloni bakteri dalam sample urin porsi tengah (midstream), sedangkan pada pasien simtomatis biasa terdapat jumlah koloni yang lebih rendah.

b. ETIOLOGI
Biasanya bakteri enterik, terutama Escheria coli pada wanita. Gejala bervariasi tergantung dari variasi jenis bakteri tersebut. Pada pria dan pasien di rumah sakit, 30 – 40 % disebabkan oleh proteus, stafilokok dan bahkan pseudomonas. Bila ditemukan, kemungkinan besar terdapat kelainan saluran kemih. Namun harus diperhitungkan kemungkinan kontaminasi jika ditemukan lebih dari satu organisme.

c. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar merupakan infeksi asenden. Pada wanita, jalur yang biasa terjadi adalah mula-mula kuman dari anal berkoloni di vulva, kemudian masuk ke kandung kemih melalui uretra yang pendek secara spontan atau mekanik akibat hubungan seksual. Pada pria, pemasangan setelah prostat terkoloni maka akan terjadi infeksi asenden. Mungkin juga terjadi akibat pemasangan alt, seperti kateter, terutama pada golongan usia lajut.
Wanita lebih sering menderita ISK karena uretra yang pendek, masuknya kuma dalam hubungan seksual, dan mungkin perubahan pH dan flora vulva dalam siklus menstruasi. Pada beberapa wanita, frekuensi berkemih yang jarang juga memiliki peran.
Seharusnya bakteri yang masuk mudah dibersihkan oleh mekanisme pertahanan tubuh, namun terdapatnya kelainan anatomi dapat mengganggu mekanisme ini sehingga terjadi stasis urin. Pada wanita, kelainan anatomi yang sering dijumpai adalah nefropati refluks, nefropati analgesic, batu, dan kehamilan. Pada pria biasanya akibat batu dan penyakit prostate, sedangkan pada anak-anak karena kelainan congenital.

d. MANIFESTASI KLINIS
Dapat asimtomatis, terutama pada wanita. Biasanya dengan riwayat ISK simtomatis atau dikemudian hari. Terapi singkat biasanya menyebabkan timbulnya ISK simtomatis, akibat reinfeksi organisme yang lebih virulen.
Disuria, frekuensi miksi lebih bertambah, dan nyeri suprapubik adalah gejala iritasi kandung kemih. Bila mengenai saluran kemih atas, mugkin terdapat gejala-gejala pielonefritis akut seperti demam, mual, dan nyeri pada ginjal. Namun pasien dengan infeksi ginjal, mungkin hanya menunjukkan gejala saluran kemih bawah atau tidak bergejala.

e. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Diagnosis ditegakkan dengan kultur organisme melalui urin, terutama sample dari urin porsi tengah. Sample ini dikirimkan ke laboratorium atau waktu 24 jam dalam lemari es dengan suhu 40 C. bila sulit, ambil urin yang pertama dikeluarkan pada pagi hari karena penyimpanan semalam dalam kandung kemih dapat meningkatkan jumlah bakteri.
2) Pemakaian kateter untuk diagnosis yang memag memakai kateter
3) Dipakai tes stick untuk mengetahui adanya protenuria, hematuria, glukosuria dan pH.
4) Pemeriksaan secara makroskopik dikatakan positif bila terdapat piuria (> 2.000 leukosit/ml) apda pasien dengan gejala infeksi saluran kemih.


f. DIAGNOSIS BANDING
1) Infeksi atau iritasi pada periuretra atau vagina

g. KOMPLIKASI
1) Pielonefritis akut
2) Septicemia
3) Kerusakan ginjal

h. PENATALAKSANAAN
Pasien dianjurkan untuk banyak minum air agar diuresis meningkat, diberikan obat yang menyebabkan suasana urin alkali jika terdapat disuria berat, dan diberikan antibiotic yang sesuai.
Wanita dengan bakteriuria asimtomatik atau gejala infeksi saluran kemih bawah diobati dengan dosis tunggal atau selama 5 hari. Kemudian dilakukan pemeriksaan urin porsi tengah seminggu kemudian, jika masih positif, harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Pada anak-anak dan pria, kemungkinan terdapat kelainan saluran kemih lebih besar, sehingga sebaiknya diberikan terapi antibiotic selama 5 hari, bukan dosis tunggal, dan diadakan pemeriksaan lebih lanjut.
Pada pasien dengan pieloefritis akut harus dirawat di rumah sakit dan diberikan terapi antibiotic parenteral serta pemeriksaan lanjut. Bila gejala berkurang, dilakukan USG ginjal untuk mengetahui apakah terdapat obstruksi.



B. PENGKAJIAN
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identitas Pasien
Nama :
TTL :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Agama :
Suku/bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Tgl. MRS : Jam :
Tgl. Pengkajian : Jam :
Diagnosa medis : Infeksi Saluran Kemih

b. Sumber informasi
Nama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :


2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Keluhan Utama
o Susah BAK, sakit kepala, rasa panas dan rasa sakit di uretra

b. Riwayat Kesehatan Sekarang :
o Diagnosis medis Infeksi Saluran Kemih (ISK)

c. Riwayat Kesehatan Terdahulu :
o Pasien tidak pernah mendapat penyakit ini sebelumnya
d. Riwayat Lingkungan
o Pasien mempunyai rumah dengan ventilasi yang cukup, dan mempunyai 2 kamar serta 4 anggota keluarga.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga :
o tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami penyakit yang sama.

f. Riwayat Psikososial
o Pasien merasa terisolasi dengan penyakit yang dialaminya
o Pasien aktif berhubungan dengan orang-orang disekitarnya.

3. PEMERIKSAAN FISIK (HEAD TO TOE)
a. Keadaan Umum : Sedang
b. Kesadaran : Baik
c. Tinggi Badan : cm
d. Berat Badan : Kg
e. Tanda Vital
o Tekanan Darah : mmHg
o Nadi : x/menit
o Respirasi : x/menit
o Suhu badan : C.
f. Kepala
o Warna rambut hitam, bentuk kepala oval, gigi dan mulut normal
g. Leher
o Kelenjar tyroid : Normal
o Kelenjar getah bening : Normal
h. Paru-paru
o Respirasi : x/menit
o Ritme : Teratur
o Tidak ada retraksi
o Bentuk dada simetris
o Suara nafas pokok versikuler
i. Jantung : COR (-)
j. Ekstremitas atas dan bawah : Normal
k. Genetalia : normal


4. POLA KEGIATAN SEHARI-HARI (POLA GORDON)
a. Pola Persepsi Management Kesehatan :
• Tindakan Pasien sebelum masuk RS : minum obat anti nyeri
• pasien merasa panas dan keringat
• pasien merasa sakit didaerah suprapubik
• pasien merasa nyeri di daerah pinggang

b. Pola Nutrisi Metabolic
1. Makanan
• Jika makan merasa muntah
• Porsi makan pasien berkurang
• Terjadi gangguan menelan

2. Minuman
• Jumlah air yang diminum : + 1000 cc (5 gelas)
• Jenis air yang diminum : Air putih
• Setelah minum pasien merasa muntah

c. Pola Eliminasi
1. Buang Air Kecil
• Rasa Nyeri : ya
• Frekuensi : >5 x/hari (sedikit-sedikit)
• Warna urine : Kuning
• Bau urine : Amoniak
2. Buang Air Besar
• Rasa nyeri : tidak
• Frekuensi : 1 x/hari
• Warna faeces : Kekuningan
• Konsistensi : Lembek

d. Pola Aktivitas dan Latihan
1. Mobilisasi
• Aktivitas Pasien : Bisa sendiri dan kadang-kadang dibantu
• Menggunakan alat Bantu : ya
• Gangguan lain yang dirasakan pasien saat beraktivitas adalah nyeri di sekitar pinggang.

2. Respirasi
• Pasien tidak merasa sesak nafas
• Pasien tidak merasa batuk

e. Pola Tidur/Istirahat
• Tidur malam : Jam 10.00 dan bangun Jam
05.00.
• Tidur siang : Jam 13.00 dan bangun Jam
16.00.
• Pasien sering merasa terbangun dengan sendirinya
• Pasien sering terbangun karena ribut

f. Pola Kognitif Perceptual
• Status Mental pasien : Sadar
• Kemampuan berbicara, membaca dan interaksi : normal
• Penglihatan Pasien : Normal
• Vertigo : Normal
g. Pola Persepsi/Konsep Diri
• Harga diri, ideal diri, identitas diri, gambaran diri serta ideal diri pasien tidak terganggu.

h. Pola Peran Hubungan
• Peran dan hubungan pasien dengan orang-orang terdekat : baik.

i. Pola Seksual/Reproduksi
• Dampak sakit terhadap pola seksual pasien terganggu.

j. Pola Koping Toleransi.
• Masalah utama pasien selama masuk rumah sakit adalah masalah perawatan diri
• Pasien memiliki kecemasan yang meningkat

k. Pola Nilai Kepercayaan.
• Pasien menganut agama Kristen Protestan
• Pasien taat menjalankan ibadah
• Pasien yakin akan sembuh dari penyakit.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pielografi intravena
b. Ultrasonografi
c. CT-Scanning

6. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Urinalisis
1. Leukosuria :
2. Hematuria :
b. Bakteriologis
1. Mikroskopis
2. Biakan bakteri
c. Tes kimiawi
d. Tes plat-celup (dip-slide)

7. KLASIFIKASI DATA
a. Data Objektif
1. Pasien mengeluh merasa mual dan muntah
2. Pasien mengeluh nyeri didaerah suprapubik
3. Pasien mengeluh susah BAK
4. Pasien mengeluh sakit kepala

b. Data Subjektif
1. Mual
2. Muntah
3. Sakit Kepala
4. Malaise
5. Demam
6. Menggigil
7. Tanda-Tanda Vital
1) TD : mmHg
2) N : x/menit
3) R : x/menit
4) SB : Celcius


8. PENYIMPANGAN KDM

9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. RISIKO INFEKSI B/D EFEK BAKTERI ESCHERIA COLI.
1. NANDA (Risk For Infection/1986)
Pengertian : peningkatan risiko utuk terinvasi oleh organisme pathogen

Factor Risiko :
o Prosedur invasive
o Tidak cukup pengetahuan dalam menghindari papran pathogen
o Trauma
o Destruksi jaringan dan peningkatan paapran lingkungan
o Rupture membrane amniotic
o Agen parmasetikal (misalnya imunosupresan)
o Malnutrisi
o Peningkatan paparan lingkungan terhadap pathogen
o Imunosupresi
o Imunitas didapat tidak adekuat

2. NOC : Immobility Concequences : Physiological (0204)
Domain : Functional health (I)
Class : Mobility (C)
Scale : severe to none (n)

020401. Tekanan pada luka
020402. Konstipasi
020404. Penurunan status nutrisi
020405. Usus yang kurang aktif
020406. Ileus paralitik
020408. Retensi urine
020409. Demam
020410. Infeksi saluran kemih
020411 Penurunan kekuatan otot

3. NIC : Infection Control (6540)
o Membatasi jumlah pengunjung
o Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan
o Mengajarkan klien teknik mencuci tangan
o Menggunakan sabun anti mikrobakteri bila mencuci tangan
o Menggunakan sarung tangan steril
o Menginstruksikan kepada pengunjung untuk mencuci tangan saat masuk dan keluar dari ruangan klien
o Mempertahankan teknik isolasi
o Menyendirikan klien yang terinfeksi


b. CEMAS BERHUBUNGAN DENGAN DISURIA
1. NANDA ( ANXIETY)
Pengertian : Perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas dan gelisah disertai dengan respon otonom (sumber terkadang tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasaan yang was-was untuk mengatasi bahaya. Ini merupakan sinyal peringatan akan adanya bahaya dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk menghadapinya.

Batasan karakteristik :
a) Perilaku
a. Penurunan produktivitas
b. Gelisah
c. Insomnia
d. Resah

b) Afektif
a. Kesedihan yang mendalam
b. Takut
c. Gugup
d. Mudah tersinggung
e. Nyeri hebat
f. Ketakutan
g. Distres
h. Khawatir
i. Cemas

c) Fisiologi
a. Goyah
b. Peningkatan respirasi (simpatis)
c. Peningkatan keringat
d. Wajah tegang
e. Anoreksia (simpatis)
f. Kelelahan (parasimpatis)
g. Gugup (simpatis)
h. Mual (parasimapatis)
i. Pusing (parasimpatis)

d) Kognitif
a. Bingung
b. Kerusakan perhatian
c. Ketakutan terhadap hal yang tidak jelas
d. Sulit berkonsentrasi

2. NOC : Anxiety Control (1402)
Domain : Psychososial Health (III)
Class : self Control (O)
Scale : Never Demonstrated To Consistenly
Demonstrated (m)

Indikasi :
140201 Kontrol instensitas cemas
140202 Eliminasi tanda cemas
140206 Menggunakan strategi koping efektif
140207 Menggunakan teknik relaksasi untuk menekan
kecemasan

3. NIC : Counseling (5240)
Aktivitas :
1) Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan kecemasan.
2) Bantu pasien untuk menfokuskan pada situasi saat ini, sebagai alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan.
3) Sediakan pengalihan melalui televise, radio, permainan serta terapi okupasi untuk mengurangi kecemasan dan memperluas focus.
4) Sediakan penguatan yang positif ketika apsien mampu meneruskan aktivitas sehari-hari dan lainnnya meskipun mengalami kecemasa.

c. KURANGNYA PENGETAHUAN BERHUBUNGAN DENGAN NYERI SUPRAPUBIK

1. NANDA (DEFICIENT KNOWLEDGE)
Pengertian : Tidak ada atau kurang informasi kognitif berhubungan dengan topic atau spesifik

Batasan karakteristik :
• Mengungkapkan adanya masalah
• Mengikuti instruksi tidak akurat
• Tes penampilan tidak akurat
• Perilaku berlebihan atau tidak sesuai.

2. NOC : Knowledge : Medication (1808)
Domain : Health knowledge dan behaviour
(IV)
Class : Health Knowledge (S)
Scale : None to Extensive (i)

080801 Menunjukkan kebutuhan untuk
menanyakan kepada petugas kesehatan
mengenai pengobatan
080802 Menyebutkan nama pengobatan dengan
benar
080803 Menggambarkan model/ bentuk dari obat
080804 Mengambarkan kerja dari obat
080805 Menggambarkan efek samping dari obat
080806 Menggambarkan hal-hal yang perlu
diperhatikan dari obat
080808 Menggambarkan kemungkinan adanya efek
lain mengkonsumsi berbagai obat

3. NIC : Teaching Disease Process (5602)
1. Menghargai tingkat pengetahuan klien dalam pemahaman tentang proses penyakitnya.
2. Menjelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana itu berhubungan dengan anatomi dan fisiologi
3. Menggambarkan tanda-tanda dan gejala yang mungkin muncul
4. Menggambarkan proses penyakit
5. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab
6. Memberikan informasi bagi klien tentang kondisinya
7. Membahas perawatan / terapi pilihan



d. GANGGUAN POLA TIDUR BERHUBUNGAN DENGAN OLIGURIA.
1. NANDA (DISTURBED SLEEP PATTERN, 1980, 1998)
Pengertian : Keterbatasan waktu tidur (secara alami terus-menerus, dalam periode kesadaran normal relatif) meliputi jumlah dan kualitas.

Batasan karakteristik :
o Terbangun dalam waktu lama
o Insomnia dalam waktu lama
o Kerusakan pola normal karena diri sendiri
o Insomnia pagi hari
o Terbangun lebih awal atau terlambat bangun
o Mengeluh untuk mulai tidur
o Tidur tidak puas
o Tiga kali atau lebih bangun di malam hari.

2. NOC : REST (0003)
Domain : Functional Health (I)
Class : Energy Maintenance (A)
Scale : Extremely Compromised to Not
Compromised (a)

Indikasi :
000301 Banyaknya tidur
000302 Pola tidur
000303 Kualitas tidur
000304 Tidur fisik (ketenangan)
000305 Tidur rohani

3. NIC : SLEEP ENHACEMENT (1850)
Aktivitas :
 Pantau pola tidur dan catat hubungan faktor-faktor fisik
 Hindari suara keras dan penggunaan lampu saat tidur malam
 Cari teman sekamar yang cocok bagi pasien, jika memungkinkan.
 Ajarkan pada pasien untuk menghindari makanan dan minuman pada jam tidur yang dapat mengganggu tidur
 Berikan tidur siang jika diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tidur



BAB III
PEMBAHASAN

Dalam keadaan normal mikroorganisme yang masuk ke dalam kandung kemih manusia atau binatang akan cepat menghilang, sehingga tidak sempat berkembang biak dalam urin. Pertahanan yang normal dari kandung kemih ini tergantung dari interaksi 3 faktor :
1. Eradiksi organisme yang di sebabkan oleh efek pembilasan dan pengenceran urin.
2. Efek antibakteri dari urin karena :
a. urin mengandung urea dan asam organic yang bersifat bakteriostatik
b. urin mempunyai tekanan osmotic yang tinggi dan pH yang rendah.
3. Mekanisme pertahanan mukosa kandung kemih.
Factor mukosa ini diduga ada hubungannya denga mukopolisakarida dari glikosaminoglikan yang terdapat pada permukaan mukosa dan asam organic yang bersifat bakteriostatik yang dihasilkan secara local, serta enzim dan lisozim. Juga oleh sel fagosit berupa neutrofil dan sel mukosa saluran kemih sendiri, serta igG dan igA yang terdapat pada permukaan mukosa. Terjadinya infeksi sangat tergantung dari keseimbangan antara kecepatan proliferasi bakteri dan daya tahan mukosa kandung kemih.
Eradiksi bekteri dari kandung kemih tidak terjadi bila terdapat hal sebagai berikut: adanya urin sisa, miksi yang tidak adekuat, benda asing atau batu dalam kandung kemih, tekanan kandung kemih yang tinggi atau inflamasi sebelumnya pada kandung kemih.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Masuknya mikroorganisme kedalam saluran kemih dapat melalui :
a) penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat
b) hematogen
c) limfogen
d) eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi
Dua jalur utama terjadinya ISK ialah hematogen dan asending, tetapi dari kedua cari ini yang paling sering adalah asending.

B. SARAN
Sebaiknya pengobatan harus disesuaikan dengan bentuk ISK, keadaan anatomi saluran air kemih, serta factor-faktor penyerta lainnya. Pengobatan dapat memberikan hasil yang berbeda-beda antara lain dapat berupa sembuh baik klinis maupun bakteriologis, sembuh klinis dengan bakteriuria menetap, reinfeksi atau relaps.
Prinsip umum pengelolaan ISK adalah :
a) Eradiksi bakteri penyebab dengan menggunakan antibiotic yang sesuai
b) Mengoreksi kelainan anatomis yang merupakan factor predisposisi.

DAFTAR PUSTAKA

 Perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam Indonesia ; buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid II, edisi IV, balai penerbit FKUI, Jakarta, 2006.
 Budi santosa : Editor, Panduan Diagnosa Keperawatan, Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi, 2005-2006.
 Marion Jones, etc, Nursing Outcomes Classification (NOC), Second Edition, Mosby inc.
 Joanne C. mcClowskey, etc, Nursing Intervention Classification (NIC), Fourth edition, Mosby inc.
 Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G., Keperawatan Medikal-bedah Brunner & Suddarth edisi 8 vol. 2, EGC, Jakarta, 2001.
 Judith M. Wilkinson, Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7, EGC, 2007.
 Marilyn E. Doengoes, etc ; Rencana asuhan keperawatan ; pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta, 2000.
 www.google.com
 Dikutip dari :Http://id.wikipedia.org/wiki/infeksi saluran kemih

Askep tumor intrakranial

BAB I
PENDAHULUAN

Otak mengawal pemikiran, kecerdikan, ingatan dan emosi kita. Ia juga mengkoordinasi fungsi tubuh (seperti pergerakan, peredaran darah dan penghasilan hormon) dan mengirim perintah dari saraf-saraf (penglihatan, pendengaran, bau, sentuhan dan rasa) kita.
Otak berada didalam rongga tengkorak, yang dilindungi oleh selaput durameter. Struktur tulang tengkorak yang kaku dan keras serta selaput durameter yang tidak elastis mengurangi kemungkinan pengembangan jaringan otak dalam keadaan tertentu. Di dalam rongga tengkorak yang kaku terdapat jaringan otak, darah dan pembuluh darah serta cairan serebrospinalis.
Berat otak ialah kira-kira satu setengah kilogram dan dikelilingi dan dilindungi oleh tengkorak. Saraf tunjang (korda spina) terletak di dalam spina (tulang belakang): ia terdiri daripada sel-sel saraf dan berkas saraf yang menyambung otak ke seluruh bahagian badan. Saraf tunjang bermula dari pangkal otak dan berakhir di pangkal turus spina.
Otak dan saraf tunjang membentuk sistem saraf pusat (central nervous system). Bagian-bagian sistem saraf pusat ini sebagian besarnya terdiri dari sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron membawa pesan ke sekitar tubuh yang membolehkan kita bertindak seperti yang kita ingini (contohnya, berdiri dan terus berjalan). Neuron juga membolehkan fungsi badan yang kita tidak sadari langsung: contohnya, menyebabkan jantung berdetak cepat karena kita berolahraga.




BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP PENYAKIT
1. DEFINISI
Tumor otak intrakranial adalah sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang di dalam tengkorak dan selalu bertumbuh sebagai sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk ke dalam jaringan.

2. ETIOLOGI
Terjadi akibat dari kompresi dan infiltrasi jaringan akibat perubahan fisik bervariasi, yang menyebabkan beberapa atau semua kejadian patofisiologis sebagai berikut :
1) Peningkatan Tekanan Intrakranial (TIK) dan edema serebral
2) Aktivitas kejang dan tanda-tanda neurologis fokal
3) Hidrosefalus
4) Gangguan fungsi hipofisis

3. KLASIFIKASI
Identifikasi dan klasifikasi tumor otak merupakan hal yang sulit. Modifikasi Bailey Cushing berdasarkan histogenesis digunakan bermacam-macam klasifikasi. Di bawah ini klasifikasi menurut Kempe dkk.
1) Menurut asalnya:
Tumor primer dari jaringan otak sendiri tumor otak metastasis.
2) Menurut gambaran histologik.
Glioma : astrositoma, meduloblastoma, ependimoma, glioma batang otak, glioma kiasma dan nervus optikus. kraniofaringioma, papiloma pleksus koroideus, pinealoma tumor lain seperti jaringan saraf, neurinoma, meningioma.
3) Menurut lokalisasi tumor.
Supratentorial:
a) Daerah supraselar : kraniofaringioma, glioma kiasma optikus.
b) Daerah talamus dan ventrikel IV : pinealoma, glioma, hamartoma.
c) Daerah hemisfer serebri : elioma. ependimoma, sarkoma.

4. PATOFISIOLOGI.
Tumor otak menyebabkan peningkatan intracranial serta tanda dan gejala local sebagai akibat dari tumor yang mengganggu bagian dari spesifik otak. Sesuai dengan hipotesis Monroe-killie yang dimodifikasi, bahwa tengkorak adalah sebuah ruangan kaku yang berisi materi esensial yang tidak dapat tertekan : benda otak, darah dalam vaskuler dan cairan serebrospinal (CSS). Jika salah satu komponen dalam tengkorak volumenya meningkat, TIK akan meningkat, kecuali satu dari komponen lain menurunkan volumenya. Konsekuensinya terdapat perubahan volume otak bila terjadi gangguan seperti tumor otak atau edema serebral ini akan menimbulkan tanda dan gejala peningkatan intracranial.
Gejala- gejala peningkatan TIK disebabkan oleh tekanan yang berangsur-angsur terhadap otak akibat pertumbuhan tumor. Pengaruhnya adalah gangguan keseimbangan yang nyata antara otak, cairan serebrospinal, dan darah serebral (semua terletak didalam tengkorak). Sebagai akibat pertumbuhan tumor maka kompensasi penyesuaian diri dapat dilakukan melalui penekanan pada vena intracranial, melalui penurunan volume cairan serebrospinal (melalui peningkatan absorpsi dan menurunkan produksi), penurunan sedang pada aliran darah serebral dan menurunnya masa jaringan otak intraselular dan ekstraselular. Bila kompensasi ini semua gagal, pasien mengalami tanda dan gejala peningkatan TIK.

5. GAMBARAN KLINIS
1) Gejala-Gejala Umum
Akibat peninggian tekanan intrakranial.
a) Muntah
Merupakan gejala tetap dan sering sebagai gejala pertama, timbulnya terutama pagi hari tanpa didahului rasa mual, pada tingkat lanjut, muntah menjadi proyektil.
b) Sakit kepala
Dijumpai pada 70% penderita yang bersifat serangan ber-ulang-ulang, nyeri berdenyut, paling hebat pagi hari, dapat timbul akibat batuk, bersin dan mengejan. Lokasi nyeri unilateral/bilateral yang terutama dirasakan daerah frontal dan suboksipital.
c) Gejala mata
o Strabismus/diplopia dapat terjadi karena regangan nervus abdusens.
o Edema papil pada funduskopi merupakan petunjuk yang sangat penting untuk tumor intrakranial. Bailey menemukan gejala ini path 80% tumor otak anak
d) Pembesaran Kepala
Terutama pada anak di bawah umur 2 tahun yang fontanelnya belum tertutup. Gejala ini tidak khas untuk tumor otak, hanya menunjukkan adanya peninggian tekanan intrakranial
e) Gangguan kesadaran
Dapat ringan sampai yang berat.
f) Kejang
Sangat jarang, kira-kira 15% pada anak dengan tumor supratentorial; pada tumor infratentorial, kejang menunjukkan tingkat yang sudah lanjut.
g) Gangguan mental
Lebih sering ditemukan pada orang dewasa, terutama bila tumor berlokasi pada lobus frontalis atau lobus temporalis.

2) Gejala-gejala lokal sesuai lokasi tumor
a) Tumor infratentorial: karena letaknya di fosa posterior, maka gejala lokal yang ditemukan ialah
o Gejala serebelar berupa ataksia, gangguan koordinasi, nistagmus dan gangguan tonus otot.
o Gejala batang otak: pada umumnya berat karena pada batang otak terdapat pusat-pusat vital serta pusat saraf kranialis.
o Gejala nervi kranialis: akibat peregangan atau penekanan tumor terutama N.VI, juga N.V, VII, IX dan X.
b) Tumor Supratentorial:
o Tumor Supraselar memberikan gejala utama berupa gangguan penglihatan dan gangguan endokrin/metabolik.
o Tumor Hemisfer serebri: Gejala yang timbul bergantung pada lokalisasi tumor di area/lobus hemisfer, umpamanya sindroma lobus frontalis atau sindroma lobus ternporalis.
3) Sifat-sifat beberapa tumor otak :
a) Astrositoma serebelar: Merupakan kira-kira 11-30% tumor intrakranial, insidensi umur 3-8 tahun. Lokalisasi pada hemisfer kiri atau kanan, berbentuk kista, tidak invasif dan tidak memberikan metastasis

b) Meduloblastoma: Kira-kira 15-25% pada bayi dan anak, insidensi 3-5 tahun, lebih sering pada laki-laki daripada perempuan Lokasi pada vermis serebelum. Paling ganas, sering bermetastasis ke luar susunan saraf pusat. Gejala ataksia pada tumor ini tidak menunjukkan lateralisasi.
c) Ependimoma: kira-kira 8% tumor otak; berasal dari ependim dasar ventrikel, bertumbuh ke arah rongga ventrikel yang mengakibatkan obstruksi dini aliran likuor. Sering mengalami kalsifikasi. Gejala utama berupa peninggian tekanan intrakritnial.
d) Glioma batang otak : kira-kira 8-20% tumor otak pada anak, dan 75% di antaranya pada umur 7-10 tahun
e) Kraniofaringioma: jarang (hanya 4%) tetapi paling sering

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Klinik.
2) Pemeriksaan tambahan, antara lain:
a) Foto polos kepala
Pemeriksaan ini penting untuk mendiagnosis dan evaluasi suatu tumor otak. Pemeriksaan ini meliputi anteroposterior, lateral dan basiler. Dapat dilihat tanda-tanda peninggian tekanan intrakranial, kalsifikasi atau proses lain dalam kepala.
b) Pneumoensefalografi dan ventrikulografi : terutama untuk memberikan informasi mengenai perubahan bentuk ventrikel dan gangguan sirkulasi akibat tumor sekitarnya
c) Angiografi : sukar dilakukan pada anak, dapat dilihat adanya perubahan arsitektur vaskular otak.
d) Brain Scan: makan waktu 15-30 menit, sukar dipakai pada anak. Digunakan untuk mendeteksi adanya tumor supratentorial, sedangkan tumor infratentorial agak kurang memuaskan hasilnya
e) CT scan : paling diandalkan masa kini karena prakis, tidak makan waktu lama dan juga tidak invasif, hanya mahal . Dapat mendeteksi baik tumor supratentorial maupun infratentorial.
f) Ekoensefalografi: tidak menunjukkan langsung adanya tumor, tetapi memperlihatkan adanya pergeseran struktur-struktur di garis tengah otak
g) Elektroensefalografi: terutama penting untuk mengetahui lokalisasi tumor supratentorial, kira-kira 70% dapat diketahuinya
h) Pemeriksaan cairan likuor : tidak dianjurkan pada tumor intrakranial, hanya dapat dilakukan bila tidak ada tanda-tanda peninggian tekanan intrakranial. Cairan likuor dapat diperoleh dengan pungsi ventrikel. Adanya tumor dapat dibuktikan dengan peninggian protein dan adanya sel-sel ganas.


7. PENGOBATAN
1) Tindakan Pembedahan
Bila tidak akan menimbulkan defisit nerologik yang terlalu mengganggu, reseksi total merupakan treatment of choice Tindakan ini bergantung pada sifat, lokalisasi, perluasan dan lamanya berlangsung tumor.
2) Radioterapi
Diberikan pada tumor yang radiosensitif, dan biasanya dilakukan setelah reseksi total atau parsial.
3) Kemoterapi
Hasilnya masih kurang memuaskan, dan tidak semua obat anti-tumor dapat meliwati sawar darah otak. Titik tangkap kerja obat anti-tumor ialah pada sintesis DNA (replikasi), sintesis RNA dari DNA (transkripsi) dan sintesis protein dari RNA (translasi)
Obat-obat yang biasa digunakan pada tumor otak ialah:
a) Vinkristin: suatu vinka alkaloid, terutama efektif terhadap leukemia. Hasil baik juga pada meduloblastoma dan glioblastoma. Efek samping ialah toksis terhadap saraf perifer.
b) Methotrexate : intratekal, terutama untuk meduloblastoma, ependimoma & astrositoma.
c) Sitosin arabinosid: juga dipakai pada tumor otak tetapi hasilnya masih belum diketahui.



B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identitas Klien
Nama :
TTL :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Agama :
Suku/bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Tgl. MRS : Jam :
Tgl. Pengkajian : Jam :
Diagnosa medis :




b. Sumber informasi
Nama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :







2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Keluhan Utama
o Nyeri kepala.
o Mual dan muntah
o Kejang.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang
o Gejala yang menyertai : Gangguan kesadaran, Kebingungan, hilang keseimbangan, pucat, mual dan muntah, gangguan pada penglihatan bau dan rasa,

c. Riwayat Kesehatan Terdahulu
o Apakah pernah mengalami cedera kepala.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga.
o Apakah ada keluarga yang pernah mengalami tumor otak.

e. Riwayat Kesehatan Lingkungan.
o Pasien mempunyai rumah dengan ventilasi yang cukup.

f. Riwayat Kesehatan Psikososial.
o Apakah ada perasaan terisolasi karena tidak dapat beraktifitas dalam masyarakat.

3. POLA KEGIATAN SEHARI-HARI (GORDON)
a. Pola persepsi kesehatan dan manajemen Kesehatan.
Tindakan yang dilakukan sebelum masuk R.S : Pasien minum obat anti nyeri.
b. Pola Nutrisi / Metabolik
a) Makan :
o Selera Makan : Selera makan berkurang
o Porsi makan : Tidak dihabiskan
o Gangguan menelan : Ada (batuk, air liur keluar, disfagia).

b) Minum :
o Jenis air yang diminum
o Setelah minum muntah : ya / tidak
o Keluhan lain yang dirasakan pada saat minum :sakit saat menelan
o Terjadi penurunan berat badan.

c. Pola Eliminasi :
a) BAK:
o Rasa nyeri waktu BAK : Tidak
o Bau urine : Pesing
o Warna urine :
o Gangguan lain inkontinensia kandung kemih / usus atau mengalami gangguan fungsi.
b) BAB:
o Rasa nyeri waktu BAB: Tidak
o Bau feaces : Busuk / khas
o Konsistensi : Lembek

d. Pola Aktivitas :
o Mobilisasi
o Aktivitas klien : Dibantu oleh perawat
o Gangguan lain yang dirasakan saat beraktivitas : merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan.


e. Pola Tidur dan Istirahat :
o Tidur dalam sehari
o Tidur malam biasanya terbngun karena gelisah
o Tidur siang kadang tidak bisa tidur karena ribut
o Gangguan lain sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda,biasanya lama.
f. Pola Perseptual / Kognitif :
o Penglihatan :perubahan dalam penglihatan
o Pendengarangan : kehilangan pendengaran
o Perabaan :sensitive terhadap sentuhan dan gerakan
o Bagaimana persepsi terhadap panca indra :terjadi kehilamgan pengindraanqseperti,pengecpan,penciuman dan pendengaran.

g. Pola Persepsi Diri / Konsepsi Diri
o Gambaran diri : Rasa terisolasi
o Mekanisme koping : Kurangnya percaya diri,citra diri terganggu,merasa putus asa.

h. Pola Peran / Hubungan
o Dengan orang terdekat : sering merasa jauh dari keluarga
o Hubungan teman tetangga dan orang lain, merasa terasing, tidak dapat melaksanakan aktifitas sosial.

i. Pola Seksual /Reproduksi
o Haid terganggu pengaruhi HB menurun

j. Pola Koping Toleransi
o Kecemasan meningkat
o Tidak dapat membut keputusan, pemecahan masalah
k. Pola Nilai Kepercayaan
o Sering berdoa meminta bantuan kepada TUHAN agar mendapat kesembuhan.

4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : Sakit
Keadaan sakit :
Kesadaran :
TTV, TD : mmHg
N : x/menit
R : x/menit
S : 0C.

b. System Cardiovaskuler
o Inspeksi, pada daerah aorta, pulmonalis, trikuspidalis
o Palpasi, pada daerah aorta, pulmonalis serta trikuspidalis

c. System pernafasan
o Hidung dan sinus parasinalis
o Leher
o Thoraks dan paru
d. System Pencernaan
o Mulut dan Orofaring
o Abdomen
e. System Perkemihan
o inspeksi : Keadaan abdomen
o Palpasi : Ginjal tidak teraba
o Perkusi : Tidak ada nyeri tekan
o Auskultasi : Tidak ada desiran

f. System persarafan
o Tingkat kesadaran : Compos mentis
o Perilaku : Cukup

g. System musculoskeletal
o Ekstremitas Atas
o Ekstermitas bawah















5. ANALISA DATA
a. Penyimpangan KDM




































6. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. RESIKO TINGGI TERHADAP PERUBAHAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH (IMBALANCED NUTRITION : LESS THAN BODY REQUIREMENTS)
1. NANDA (KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI : KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH)
Pengertian : Intake nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik

Batasan karakteristik :
• Melaporkan intake makanan kurang dari kebutuhan yang dianjurkan
• Konjungtiva dan membrane mukus pucat
• Lemah otot untuk mengunyah atau menelan
• Tidak mampu mengunyah makanan
• Enggan makan
• Tonus otot buruk kram abdominal pembuluh kapiler rapuh.

2. NOC : Nutritional Status (1004)
Nutritional Status: Masukan makanan dan cairan (1008)

Nutritional Status (1004)
Domain: Physiological health (II)
Class : Nutrition (K)
Scale : Extremely Compromised to Not compromised (a)

100401 Intake nutrisi
100402 Intake makanan dan cairan
100403 Energy
100404 Body mass
100405 Berat badan

Nutritional Status: Masukan makanan dan cairan (1008)
Domain: Physiological health (II)
Class : Nutrition (K)
Scale : Not adequate to totally adequate (f)

100801 Pemasukan makanan lewat mulut
100802 Pemasukan makanan lewat tube (misalnya;
NGT)
100803 Pemasukan cairan lewat mulut
100804 Pemasukan ciran
100805 Pemasukan Nutrisi Prenteral Total.


3. NIC : NUTRITION MANAGEMENT (1100)
1. Menentukan jumlah kalori yang diperlukan ( kolaborasi dengan ahli diet)
2. Mendorong adanya pemasukkan kalori sesuai dengan kebutuhan
3. Mendorong peningkatan zat besi sesuai kebutuhan
4. Memberikan makanan ringan ,sesuai kebutuhan
5. Menyediakan pilihan makanan
6. Menyediakan makanan bagi klien yang mengandung tinggi kalori dan tinggi protein serta minuman yang dapat langsug diminum oleh klien
7. Mengontrol berat badan klien pada interval yang tepat.
8. Memastikan bahwa diet klien mengandung serat yang tinggi untuk mencegah konstipasi.
9. Menyediakan informasi sesuai kebutuhan tentang kebutuhan nutrisi dan cara untuk mendapatkannya.
 WEIGHT GAIN ASSISTANCE (1240)
1. Memantau adanya rasa mual dan adanya muntah
2. Membicarakan kemungkinan penyebab dari berat badan dibarah normal
3. Menentukan penyebab mual dan atau muntah dan perawatannya.
4. Memantau konsumsi kalori tiap hari.
5. Memantau tingkat albumin,limfosit,dan elektrolit


B. POLA NAPAS TIDAK EFEKTIF (INEFFECTIVE BREATHING PATTERN)
1. NANDA (POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF)
Pengertian : ventilasi atau eprtukaran udara inspirasi dan atau ekspirasi tidak adekuat.

Batasan karakteristik :
• Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi
• Penurunan ventilasi permenit
• Penggunaan otot nafas tambahan untuk bernafas
• Dispnea
• Nafas pendek
• Ekspirasi memanjang
• Penurunan kapasitas vital

2. NOC : Respiratory Status : Airway Pattency (0410)
Domain : Physiologic health (II)
Class : Cardiopulmonary (E)
Scale : Extremely compromised to not
compromised (a)

041001 Tidak ada demam
041002 Tidak ada kecemasan
041003 Tidak ada rasa tercekik
041004 Kecepatan pernapasan dalam batas normal
041005 Irama pernapasan dalam batas normal
041006 Mengeluarkan sputum keluar dari jalan napas
041007 Bebas dari kelainan bunyi suara.

3. Respiratory status : Ventilation
4. Vital sign status.

5. NIC : Airway Management (3140)
• Membuka jalan napas
• Mengatur posisi pasien untuk memaksimalkan potensial ventilasi
• Menentukan kebutuhan aktual / potensial klien
• Melakukan therapy dada
• Mengeluarkan lendir dengan cara dibatukkan atau dengan pengisapan
• Mengintruksikan bagaimana melakukan batuk efektif
• Mengkaji bunyi nafas
• Administrasikan pemberian obat bronchodilator








C. GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (DISTURBED SENSORY PERCEPTION (SPECIFY ;VISUAL, AUDITORY, KINESTHETIC, GUSTATORY, TACTILE, OLFACTORY)).
1. NANDA (GANGGUAN SENSORI PERSEPSI (SPESIFIK : VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK, PENGECAPAN, TAKTIL, PENCIUMAN)).
Pengertian : perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang diterima disertai dengan penurunan berlebih distorsi atau kerusakan respon beberapa stimulus.

Batasan karakteristik :
• Konsentrasi buruk
• Distorsi pendengaran
• Perubahan respon terhadap stimulus
• Gelisah disorientasi waktu, tempat dan orang
• Perubahan pola perilaku
• Perubahan pola komunikasi
• Halusinasi
• Distorsi visual

2. NOC : Neurological STATUS (0909)
Domain : Physiological health (II)
Class : Neurocognitive (J)
Scale : Extremely Compromised to not
Compromised (a)

0901 Fungsi saraf : Kesadaran
0902 Fungsi saraf : Control saraf pusat
0906 Tekanan intracranial
0907 Komunikasi
0908 Ukuran pupil
0910 Pola gerakan mata
0911 Pola tidur

3. NIC : COGNITIVE STIMULATION (4720)
• Memberitahukan kepada keluarga pasien mengenai batas garis luka.
• Perubahan yang berangsur hilang
• Orientasi waktu, tempat dan orang
• Berbicara dengan pasien
• Menggunakan tv, radio atau musik sebagai program stimulasi kepada pasien
• Menggunakan sentuhan terapi kepada pasien
• Membolehkan untuk tidur secara bertahap

BAB III
PEMBAHASAN

Tumor otak menyusun sekitar 9% dari seluruh tumor-tumor primer pada manusia, dan merupakan penyebab kematian pada 2% dari semua kematian akibat keganasan. Insidensinya rata-rata 8-10 / 100.000 penduduk setiap tahun, tetapi pada anak dibawah 2 tahun insidensinya naik dua kali lipat menjadi 21/ 100.000, dan pada umur belasan tahun turun menjadi 1/ 100.000, yang selanjutnya akan meningkat lagi menjadi sekitar 16/ 100.000 pada umur 40 tahun atau lebih.
Tumor-tumor neuroepithelial merupakan bagian terbesar (52%) dari tumor intrakranial, dan terdiri atas astrositoma/glioma (45-48%), ependimoma (3%), oligodendroglioma (2%), dan primitive neuro-ectodermal tumor (PNET). Tumor lainnya yaitu meningioma 15%, neurinoma akustikus (8%), adenoma hipofisis (8%), dan tumor metastasis (15-20%). Asal metastasis ke otak yang tersering adalah karsinoma paru pada pria dan karsinoma mammae pada wanita, serta melanoma malignum (60% tumor ini akan bermetastasis ke otak). Pada kasus metastasis ke otak, 15% tak pernah diketahui tumor primernya. Tumor astrositik pada dewasa umumnya ganas dan berlokasi di kompartemen supratentorium, sedangkan pada anak-anak umumnya jinak dan berlokasi di kompartemen infratentorium.
Secara umum, tumor-tumor intrakranial ini dapat dikelompokkan sebagai tumor intrinsik atau intraaksial (berasal dari parenkim otak sendiri), dan tumor ekstrinsik atau ekstraaksial (berasal dari luar jaringan otak). Tumor intrinsik, seperti astrositoma, pada umumnya memiliki sifat biologik yang ganas/ maligna kecuali hemangioblastoma. Mereka tumbuh secara infiltratif pada jaringan parensim normal di sekitarnya tanpa ada batas yang tegas. Dengan kata lain, tumor intrinsik adalah parenkim otak yang berubah menjadi jaringan neoplastik. Sedangkan tumor ekstrinsik, seperti meningioma dan neurinoma/ schwanoma, pada umumnya memiliki sifat biologik yang jinak/ benigna, tumbuh mendesak / ekspansif pada jaringan sekitarnya, dan memiliki batas berupa psedokapsul dari membran araknoid.
Proses desak ruang intracranial (SOL = Space Occupying Lesion) yang ukurannya terus bertambah akan menyebabkan kenaikan tekanan intrakranial (TIK) dengan manifestasi klinis berupa nyeri kepala yang progresif, muntah, dan edema papil saraf optik. Peningkatan TIK ini, selain oleh massa tumor dan edema perifokal di sekitarnya, juga disebabkan oleh hambatan aliran darah balik dan/ atau aliran cairan serebrospinal (LCS). Selain itu ada pula tanda dan gejala fokal/ setempat yang disebabkan oleh terganggunya fungsi bagian otak tertentu. Gejala dan tanda fokal ini nyata pada lesi yang terletak pada daerah otak yang amat fungsional atau eloquent seperti area sensorimotor, area Broca dan Wernicke, kapsula interna, dan daerah di sekitar sella dan sekitar batang otak yang penuh dengan saraf-saraf kranialis. Sebaliknya, gejala dan tanda ini menjadi kabur bila lesi terletak pada daerah yang silent seperti lobus frontalis sebelah depan dan lobus temporalis sisi non-dominan.
Neuroimejing berperan sebagai alat yang secara definitif bisa memastikan adanya massa intrakranial, lokasinya, serta efek massa/ pendesakan pada struktur normal otak seperti penyempitan ventrikel dan sisterna, pergeseran garis tengah, dan tanda-tanda obstruksi aliran LCS berupa pelebaran ventrikel di proksimal lesi. Berdasarkan atas lokasi dan pengaruhnya pada struktur otak sekitarnya, serta perubahan tampilan suatu lesi setelah pemberian zat kontras, neuroimejing moderen seperti Computerized Tomography (CT) dam Magnetic Resonance Imaging (MRI) diharapkan dapat memastikan tumor tersebut sebagai lesi intrinsik/ intraaksial atau lesi ekstrinsik/ ekstraaksial dan memperkirakan kemungkinan patologi/ histologinya.
Selain informasi radiologik dan perjalanan klinis penyakit seperti tersebut di atas, penentuan diagnosa atau diagnosa banding juga harus dilandasi oleh pengetahuan tentang distribusi suatu tumor menurut kelompok umur dan lokasi spesifik untuk tumor-tumor tertentu dalam rongga intrakranial.



BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Jaringan otak, darah beserta pembuluh darah dan cairan serebrospinalis merupakan faktor yang penting dalam menentukan tekanan intrakranial. Ketiga faktor ini selalu berada dalam keadaan yang seimbang. Bila otak, darah dan cairan serebrospinalis volumenya terus meningkat, maka mekanisme penyesuaian akan gagal dan terjadilah tekanan tinggi intrakranial.
Dengan melihat gambaran yang khas pada foto polos kepala baik untuk anak-anak dan dewasa, dapat membantu untuk menentukan ada tidaknya suatu tekanan tinggi intrakranial.

B. SARAN
Makin cepat tanda-tanda tekanan tinggi intrakranial diketahui makin cepat pula penanganan dilakukan, dengan demikian akan membantu meringankan keluhan penderita. Dengan dikemukakannya berbagai gejala tumor otak diharapkan setidak-tidaknya kita menjadi lebih waspada akan kemungkinan adanya tumor di dalam otak. Untuk konfirmasi diagnostik lebih lanjut tentu dibutuhkan berbagai alat bantu diagnostik seperti EEG, CT Sean atau MRI.
Masih banyak gejala klinis tumor otak lain yang sangat komplek, yang secara keseluruhan belum mungkin untuk dibicarakan satu persatu dalam kesempatan ini. Beberapa bagian lokasi otak di mana tumor otak bisa bersarang belum dibicarakan gejala-gejalanya. Untuk lebih memperdalam gejala-gejala tumor otak yang kompleks tersebut, dianjurkan untuk menelaah kembali sumber-sumber kepustakaan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

 www.google.com
 Dikutip dari Http://id.wikipedia.org/wiki/tumor
 Dikutip dari Http://id.wikipedia.org/wiki/cedera