Jumat, 26 Februari 2010

Asuhan Keperawatan Klein dengan TBC

BAB I
PENDAHULUAN

Proses Keperawatan di Indonesia sedang berkembang kearah profesional. Tuntutan sejajar dengan profesi lain disamping masukan era globalisasi, menyebabkan banyak sekali hal yang harus dilakukan oeh para anggota profesi keperawatan. Hal ini tidak akan tercapai tanpa kecintaaan dan keloyalan dari anggota profesinya untuk senantiasa berkembang. Berbagai peran seharusnya dikembangkan oleh setiap angota profesi sebagai educator , provider, researcher, dan sebagainya/ ketertinggalan jauh dibidang kesehatan termasuk keperawatan di Indonesia dengan negara luar endaknya memacu kita untuk lebih menggali lagi potensi profesi Keperawatan.
Dalam lingkup dunia kesehatan sekarang ini perawat di hadapkan pada isu-isu dan situasi yang semakin kompleks yang di akibatkan oleh perkembangan teknologi, keakutan yang makin besar dari pasien di linkungan rumah sakit maupun komunitas, populasi yang menua, proses penyakit yang kompleks, dan factor-faktor etis dan kebudayaan yang terus menerus berubah. Dahulu, perawat menggunakan pendekatan penyelesaian masalah dalam merencanakan dan memberikan Asuhan Keperawatan. Sekarang bagian pembuatan keputusan dari pemecahan masalah menjadi semakin kompleks dan membutuhakan cara berpikir yang kritis.
Menjadi seorang Perawat, diharapkan jika menghadapi pasien yang ketakutan dan kebingungan, harus dapat bertindak dengan cepat dan tepat untuk menilai makna gejala-gejala dan gambaran objektif dari pasien. Pada makalah ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang Tuberculosa (TBC) dan Asuhan Keperawatan pada Tuberculosa (TBC).









BAB II
TINJAUAN TEORITIS


A. DEFINISI
Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycrobacterium Tuberculosis, yang sifatnya tahan asam dan aerob lebih senang pada daerah lembab. Pada umumnya menyerang alveoli paru-paru.
B. ETIOLOGI
Penyebab TBC adalah Mycrobacterium Tuberculosis, jenis kuman yang berbentuk batang/basil gram posititf dengan ukuran panjang 1-4 µm dan tebalnya 0,3 – 0,6 µm, bersifat tahan asam dan aerob yang disebut juga kuman tahan asam (BT).
Pertumbuhan kuman ini secara aerob obugat, pertumbuhan lambat, waktu pembelahan sekitar 20 jam, suhu pertumbuhan optimum 370 Celcius. Daya tahan kuman ini lebih besar dibandingkan dengan kuman lain, karena sifat hidrofonik permukaan sel. Tiap tipe mikrobakterium mengandung beberapa protein yang menimbulkan reaksi tuberculin. Protein yang terikat pada fraksi lilin dapat membangkitkan sensitivitas tuberculin.
Kuman ini dapat hidup pada udara yang kering maupun pada keadaan dingin. Hal ini dapat terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadi aktif.
C. PATOGENESIS
Infeksi biasanya terjadi melalui debu atau titik cairan (droplet) yang mengandung kuman tuberculosis dan masuk ke jalan nafas. Penyakit timbul setelah kuman menenetap dan berkembang biak dalam paru-paru atau kelenjar bening regional. Perkembangan penyakit tergantung pada :
a) Dosis kuman yang masuk
b) Daya tahan dan hipersensitif hospes
Ada 2 kelainan patologi yang terjadi :
1. tipe eksudatif/tuberculosis primer
2. tipe produktif/tuberculosis post-primer.


D. GAMBARAN KLINIS
o Demam
o Batuk tidak berdahak → batuk berdahak
o Sesak nafas
o Nyeri dada
o Malaise → kurang nafsu makan, sakit kepala, nyeri otot.
o Banyak berkeringat pada malam hari.


E. PENATALAKSANAAN
Tuberkulosis perlu diobati terutama dengan agen kemoterapi selama 6-12 bulan. Beberapa jenis resisten oral yang harus dipertimbangkan selama merencanakan terapi efektif.
o Resisten obat primer adalah terhadap satu agen anti tuberculosis garis depan pada individu yang sebelumnya belum mendapatkan pengobatan.
o Resisten banyak obat sekunder adalah resisten terhadap 2 agen seperti INH dan RIFAMPICIN.
o Resisten obat sekunder adalah resisten terhadap satu atau lebih agen anti tuberculosis pada pasien yang sedang menjalani terapi.
BGG (bacillus calmette Guerin) adalah M. Bouis yang telah dilemahkan sebagai vaksin hidup untuk pencegahan dengan meningkatkan imunitas seluler.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
o Pengumpulan riwayat kesehatan
o Pemeriksaan fisik
o Pemeriksaan rontgenorafi
o Pemeriksaan bakteriologi
o Test kulit (tuberculin)
o Sputum -sputum pagi hari untuk kultur BTA)
o Test biokimia, test resistensi, test serologi.




G. PENGOBATAN
Pemberian obat anti mikroba.
o Azoniacid : 5-10 MG/Kg atau 30 MG/hari
o Etiambutol : 25 MG/Kg selama 60 hari kemudian 15 MG/Kg
o Rifampion : 600 MG sekali/hari.
Terapi preventif :
o Pendidikan kesehatan bagi anggota keluarga yang dekat hubungan dengan orang yang baru saja didiagnosa TBC.
o Test tuberculosis dan sinar-X.

H. PENCEGAHAN
Tindakan-tindakan kesehatan masyarakat.
o Kebersihan diri sendiri
o Kesehatan lingkungan



BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
1.1. Pengumpulan Data
1.1.1. Identitas Penderita
o Nama : Tn J.M
o Umur : 31 Tahun
o Alamat : Lobu, Jaga III, Kec. Toluaaan
o Jenis Kelamin : Laki-Laki
o Suku/Bangsa : Minahasa/Indonesia
o Agama : Kristen Protestan
o No. RM : 1577
o Tanggal MRS : 04 Juli 2007 Jam 20.00 Wita
o Tanggal pengkajian : 05 Juli 2007 Jam 09.00 Wita
1.1.2. Data Umum
1.1.2.1. Keluarga yang dapat dihubungi : Istri
1.1.2.2. masuk via : UGD
1.1.2.3. alat yang digunakan : Kursi roda

2. RIWAYAT KESEHATAN
2.1.1. Riwayat Keluhan Utama :
o Batuk, Sesak nafas, nyeri dada, batuk berdarah.
2.1.2. Riwayat Kesehatan Sekarang :
o Diagnosis Medis Tuberkulosa
2.1.3. Riwayat Kesehatan Terdahulu :
o Pasien tidak mempunyai kebiasaan merokok
o Pasien mempunyai kebiasaan minum minuman alcohol
o Pasien tidak mempunyai riwayat alergi
o Pasien pernah menderita penyakit yang sama selama 6 bulan pada tahun 2006.


2.1.4. Riwayat Lingkungan
o Pasien mempunyai rumah dengan ventilasi yang cukup, dan mempunyai 2 kamar serta 4 anggota keluarga.
2.1.5. Riwayat Kesehatan Keluarga :
o Pasien tidak pernah mengalami penyakit yang sama.
2.1.6. Riwayat Psikososial
o Pasien merasa terisolasi dengan penyakit yang dialaminya
o Pasien aktif berhubungan dengan orang-orang disekitarnya.

3. PEMERIKSAAN FISIK (HEAD TO TOE)
3.1.1. Keadaan Umum : Sedang
3.1.2. Kesadaran : Baik
3.1.3. Tinggi Badan : 168 cm
3.1.4. Berat Badan : 55 Kg
3.1.5. Tanda Vital
 Tekanan Darah : 120/70 mmHg
 Nadi : 88 x/menit
 Respirasi : 26 x/menit
 Suhu badan : 370 C.
3.1.6. Kepala
 Warna rambut hitam, bentuk kepala oval, gigi dan mulut normal
3.1.7. Leher
 Kelenjar tyroid : Normal
 Kelenjar getah bening : Normal
3.1.8. Paru-paru
 Respirasi : 26 x/menit
 Ritme : Teratur
 Tidak ada retraksi
 Bentuk dada simetris
 Suara nafas pokok versikuler
3.1.9. Jantung : COR (-)
3.1.10. Ekstremitas atas dan bawah : Normal
3.1.11. Genetalia : normal

4. POLA KEGIATAN SEHARI-HARI (POLA GORDON)
4.1.1. Pola Persepsi Management Kesehatan :
4.1.1.1. Kecemasan
• Pasien mengalami batuk + 2 minggu
• Pasien mengalami demam
• Berat badan pasien menurun
4.1.2. Pola Nutrisi Metabolic
4.1.2.1. Makanan
• Jika makan merasa muntah
• Porsi makan pasien berkurang
• Terjadi gangguan menelan
• Sebelum makan merasa muntah
4.1.2.2. Minuman
• Jumlah air yang diminum : + 1000 cc (5 gelas)
• Jenis air yang diminum : Air putih
• Setelah minum pasien merasa muntah
4.1.3. Pola Eliminasi
4.1.3.1. Buang Air Kecil
• Rasa Nyeri : Tidak
• Warna urine : Kuning
• Bau urine : Amoniak

4.1.3.2. Buang Air Besar
• Rasa nyeri : Tidak
• Frekuensi : 2 x/hari
• Warna faeces : Kekuningan
• Konsistensi : Lembek
4.1.4. Pola Aktivitas dan Latihan
4.1.4.1. Mobilisasi
• Aktivitas Pasien : Bisa sendiri dan kadang-kadang dibantu
• Menggunakan alat Bantu : tidak
• Gangguan lain yang dirasakan pasien saat beraktivitas adalah batuk dan sesak nafas
4.1.4.2. Respirasi
• Pasien merasa sesak nafas
• Pasien merasa batuk
• Pola nafas pasien tidak efektif
4.1.5. Pola Tidur/Istirahat
• Tidur malam : Jam 12.00 dan bangun Jam
05.00.
• Tidur siang : Jam 13.00 dan bangun Jam
16.00.
• Pasien sering meras terbangun dengan sendirinya
• Pasien sering terbangun karena ribut
4.1.6. Pola Kognitif Perceptual
• Status Mental pasien : Sadar
• Kemampuan berbicara, membaca dan interaksi : normal
• Penglihatan Pasien : Normal
• Vertigo : Normal
4.1.7. Pola Persepsi/Konsep Diri
• Harga diri, ideal diri, identitas diri, gambaran diri serta ideal diri pasien tidak terganggu.
4.1.8. Pola Peran Hubungan
• Peran dan hubungan pasien dengan orang-orang terdekat : baik.
4.1.9. Pola Seksual/Reproduksi
• Dampak sakit terhadap pola seksual pasien tidak terganggu.
4.1.10. Pola Koping Toleransi.
• Masalah utama pasien selama masuk rumah sakit adalah masalah perawatan diri
• Pasien memiliki kecemasan yang meningkat

4.1.11. Pola Nilai Kepercayaan.
• Pasien menganut agama Kristen Protestan
• Pasien taat menjalankan ibadah
• Pasien yakin akan sembuh dari penyakit.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
5.1.1. Pemeriksaan Laboratorium
5.1.1.1. Darah :
• Hb : 10,8 gr%
• Leukosit : 10.000 mm3
• LED : 15/41
• PCV : 40 %
5.1.1.2. Pemeriksaaan Radiology
• Foto thorax : Apex kiri dan kanan
5.1.1.3. Tes Tuberculin : Tidak dilakukan

6. KLASIFIKASI DATA
6.1.1. Data Subjektif
 Pasien mengatakan rasa sesak nafas
 Pasien mengatakan nafsu makan berkurang
 Pasien mengatakan tidak bisa tidur
 Pasien mengeluh nyeri dada
6.1.2. Data Objektif
 Batuk
 Berkeringat banyak
 Anoreksia
 BB menurun
 Pada batuk terdapat sputum bercampur darah
 Vital sign :
• Tekanan Darah : 120/70 mmHg
• Nadi : 88 x/menit
• Respirasi : 26 x/menit
• Suhu badan : 37 0 C.

7. POHON MASALAH

































BAB IV
RENCANA KEPERAWATAN

1. BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF (DX 1)
Definisi : Ketidakmampuan dalam memberikan sekresi atau obstruksi dari
saluran pernafasan untuk menjaga kebersihan jalan nafas.
Tujuan criteria/hasil
A. Klien Outcomes
o Suara nafas bersih
o Tidak ada wezzing dan ronchi
o Memperlihatkan perubahan sputum dalam warna, jumlah maupun bau.
o Mampu mempertahankan metode untuk mengeluarkan sputum
B. Nursing Out Comes (NOC) : Bersihan jalan nafas tidak efektif
Kemungkinan hasil yang dicapai :
o Control respirasi
o Status respirasi : kepatenan jalan nafas
o Status respirasi : pertukaran gas
o Status respirasi : ventilasi

2. POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF (DX 2)
Definsi : Ventilasi atau pertukaran udara inspirasi dan atur ekspirasi tidak
adekuat
Tujuan criteria/hasil :
A. Klien out comes
o Pola nafas tidak efektif ditandai dengan memperihatkan tidak ada sesak nafas
o Tidak ada cyanosis
B. Nursing out Comes (NOC) : pola nafas tidak efektif
o Status respirasi : kepatenan jalan nafas
o Status respirasi : ventilasi
o Status tanda vital

3. INTOLERANSI AKTIVITAS (DX 3)
Definisi : Ketidakcukupan energi secara fisologis atau psychologis dalam
pemenuhan aktivitas sehari-hari yang dibutuhkan atau diperlukan.
Tujuan criteria/hasil
A. Klien Out Comes
o Klien mampu beraktivitas secara normal
B. Nursing out Comes (NOC) : intoleransi aktivitas
Kemungkinan hasil yang dicapai
o Toleransi aktivitas
o Ketahanan
o Penyimpangan energi
o Perawatan terhadap kebutuhan sehari-hari.




















BAB V
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Penularan tuberculosis paru terjadi karena penderita TBC membuang ludah dan dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan atau dibersinkan keluar. Dalam dahak dan ludah ada basil TBC-nya , sehingga basil ini mengering lalu diterbangkan angin kemana-mana. Kuman terbawa angin dan jatuh ketanah maupun lantai rumah yang kemudian terhirup oleh manusia melalui paru-paru dan bersarang serta berkembangbiak di paru-paru
Pada permulaan penyebaran akan terjadi beberapa kemungkinan yang bisa muncul yaitu penyebaran limfohematogen yang dapat menyebar melewati getah bening atau pembuluh darah. Kejadian ini dapat meloloskan kuman dari kelenjar getah bening dan menuju aliran darah dalam jumlah kecil yang dapat menyebabkan lesi pada organ tubuh yang lain. Basil tuberkolusis yang bisa mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari 1-3 basil. Dengan adanya basil yang mencapai ruang alveolus, ini terjadi dibawah lobus atas paru-paru atau dibagian atas lobus bawah, maka hal ini bisa membangkitkan reaksi peradangan. Berkembangnya leukosit pada hari hari pertama ini di gantikan oleh makrofag.Pada alveoli yang terserang mengalami konsolidasi dan menimbulkan tanda dan gejala pneumonia akut. Basil ini juga dapat menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening regional, sehingga makrofag yang mengadakan infiltrasi akan menjadi lebih panjang dan yang sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epitelloid yang dikelilingi oleh limfosit,proses tersebut membutuhkan waktu 10-20 hari. Bila terjadi lesi primer paru yang biasanya disebut focus ghon dan bergabungnya serangan kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Kompleks ghon yang mengalami pencampuran ini juga dapat diketahui pada orang sehat yang kebetulan menjalani pemeriksaan radiogram rutin.Beberapa respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas.Pada proses ini akan dapat terulang kembali dibagian selain paru-paru ataupun basil dapat terbawa sampai ke laring ,telinga tengah atau usus.


2. SARAN
Dalam menangani pasien dengan tuberculosa hendaknya hati-hati karena proses penyebarannya yang sangat mudah dan cepat yaitu lewat udara, karena itu sebagai petugas kesehatan hendaknya hati-hati dalam merawat atau menangani suatu pasien dengan kasus TBC.
Kadang-kadang kita tidak mengetahui bahwa ada pasien yang sudah suspect TBC tapi masih berkeliaran/berjalan bebas di lingkungan atau daerah sekitar kita, sehingga dengan sangat gampang dan mudah kita atau orang lain tertular TBC. Mungkin masalah-masalah yang sederhana yang dapat kita lakukan misalnya penggunaan masker pelindung jika kita sebagai petugas kesehatan atau menghindari kontak langsung dengan penderita.


DAFTAR PUSTAKA

• Jhonson, marion, etc, Nursing Outcomes Classification (NOC) second edition, iowa out comes production, 2000.
• Budi santosa, NANDA, “ diagnosa keperawatan NANDA definisi dan klasifikasi

Tidak ada komentar: