Jumat, 26 Februari 2010

Askep Distrimia

BAB I

PENDAHULUAN

jantung adalah organ berongga, berotot, yang terletak ditengah toraks, dan dia menempati rongga antara paru dan diafragma. Beratnya sekitar 300 gram (10,6 oz) meskipun berat dan ukuranya dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, berat badan, beratnya latihan, aktifitas fisik, dan penyakit jantuing. Kerja pemompaan jantung dijalankan oleh kontraksi dan relaksasi ritmik dinding otot. Disritmia dapat diidentifikasi melalui gelombang EKG. Diritmia dinamakan berdasarkan pada tempat danasal impuls dan mekanisme hantaran yang terlibat. Ganguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada infark miokard.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

KONSEP PENYAKIT

1. DEFINISI
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999). Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).

2. ETIOLOGI
Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
1) Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis karena infeksi)
2) Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
3) Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti aritmia lainnya
4) Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
5) Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan irama jantung
6) Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
7) Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
8) Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
9) Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
10) Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi jantung)

3. PATOFISIOLOGI
Secara klinis, diagnosa aritmia berdasarkan pada interpretasi Elektrokardiogra (EKG). Kelainan atau gangguan irama jantung dapat digolongkan sesuai mekanisme dasar penyebab timbulnya aritmia :
1. kelainan otomatisitas nodus sinus (nodus sinotrial = NSA).
Kecepatan denyut jantung normal sekitar 60 – 100 denyut per menit (=60 – 100 dpm). Perubahan kecepatan mengadakan impuls dari NSA dapat terjadi dua keadaan :
• pembentukan impuls cepat maka kecepatan denyut jantung bertambah, misanya diatas 100 dpm disebut takikardia.
• Pembentukan impuls pelan maka kecepatan denyut jantung berkurang,misalnya dibawah 60 dpm disebut barhikardia.
2. Adanya face maker ektopik.
Dalam hal ini face maker tidak pada NSA, tetapi pada tempat diluar NSA. Jadi setiap impuyls yang berasal dari luar NSA dianggap sebagai keadaan abnormal yang menimbulkan denyut ektopik
3. Gangguan system induksi
Dalam hal ini terjadi gangguan penghantar rangsanggan atau impuls pada jantung, terutama disebabkan adanya blok sitem konduksi jantung. Blok jantun mengakibatkan :
• Penghambatan penghantaran impuls sehingga periode waktu penghantaran impuls memanjang (menjadi lebih lama), menyebabkan kecepatan denyut jantung dapat berkurang sampai dibawah normal.
• Pemutusan (penghentian) penghantar impuls, dapat terjadi henti jantun (=cardiac arrest)


3. MANIFESTASI KLINIS
Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat.
Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisahNafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
2) Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
3) Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup
4) Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
5) Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang menyebabkan disritmia.
6) Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat mnenyebabkan disritmia.
7) Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
8) Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9) Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10) GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.

5. PENATALAKSANAAN MEDIS
1) Terapi medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
1. Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
i) Kelas 1 A
Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang menyertai anestesi.
Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
ii) Kelas 1 B
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT

iii) Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
2. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan hipertensi
3. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang
4. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia
2) Terapi mekanis
1) Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.
2) Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.
3) Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
4) Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identitas Klien
Nama :
TTL :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Agama :
Suku/bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Tgl. MRS : Jam :
Tgl. Pengkajian : Jam :
Diagnosa medis :

b. Sumber informasi
Nama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :


2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Keluhan Utama
o Nyeri dada
o pusing

b. Riwayat Kesehatan Sekarang
o Gejala yang menyertai : Gangguan kesadaran, Kebingungan, pucat, mual dan muntah, kecemasan terdapat hematoma.

c. Riwayat Kesehatan Terdahulu
o Apakah pernah mengalami disritmia sebelumnya

d. Riwayat Kesehatan Keluarga.
o Apakah ada keluarga riwayat penyakit ini.

e. Riwayat Kesehatan Lingkungan.
o

f. Riwayat Kesehatan Psikososial.
g. Adanya perasaan isolasi karena pasien tidak dapat beraktifitas dalam masRiwayat Kesehatan Sekarang
o Gejala yang menyertai : Gangguan kesadaran, Kebingungan, pucat, mual dan muntah, kecemasan terdapat hematoma.

h. Riwayat Kesehatan Terdahulu
o Apakah pernah mengalami disritmia sebelumnya.
i. Riwayat Kesehatan Keluarga.
o Apakah ada keluarga yang pernah mengalami penyakit ini sebelumnya.

j. Riwayat Kesehatan Lingkungan.
o

k. Riwayat Kesehatan Psikososial.
Adanya perasaan isolasi karena pasien tidak dapat beraktifitas dalam masyarakat.

A. Riwayat penyakit :
a) Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi
b) Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup jantung, hipertensi
c) Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi
d) Kondisi psikososial
B. Pengkajian fisik
a) Aktivitas : kelelahan umum
b) Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menruun bila curah jantung menurun berat.
c) Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut, menolak,marah, gelisah, menangis.
d) Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit
e) Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.
f) Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah
g) Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
h) Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
I. ANALISA DATA
a. Penyimpangan KDM DISRITMIA
Oksigenasi ke myocardium

Respon myocardium

Infark

Disritmia

Diuresis berlebihan

Hipokalemia

Gangguan konduktifitas

Gsngguan kontraktilitas

Cardiac output

Suplay darah dan oksigen kejaringan

Risiko ganguan perfusi jaringan

Metabolisme tubuh

ATP

Kelemahan/kelelahan

Intoleransi aktifitas
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

A. PENURUNAN CURAH JANTUNG
1. NANDA (DECREASED CARDIAC OUTPUT)
Pengertian : ketidakmampuan jantung dalam memompa darah secara adekuat untuk memenuhi metabolisme tubuh.
Batasan karateristik :
Perubahan denyut/irama jantung
 Aritmia (takikardia, bradikardia)
 Palpitasi
 Perubahan EKG
Perubahan preload
 Distensi vena jugularis
 Edema
 Peningkatan/penurunan CPV
 Peningkatan/prnurunan PAWP
Perubahan afterload
 Pengisian kapiler lambat
 Penurunan nadi perifer
 Penurunan tekanan darah beravariasi
 Dispnea/napas pendek
 Peningkatan/penurunan SVR
Penurunan kontraktilitas
 Krakles
 Ortropnea/paroksismal noktural dispnea
 Curah jantung < 4 L/menit
 Penurunan fraksi ejeksi, volume indeks (SVI), LVSWI,
Prilaku/emosi
 Cemas
 Gelisah
Factor yang berhubungan
 Perubahan denyut/irama jantung
 Perubahan sekuncup jantung : preload, afterload, penurunan kontraktilitas miokard.
B. RISIKO GANGGUAN PERFUSI JARINGAN
1. NANDA (RISK INEFFECTIVE TISSUE PERFUSION)
Pengertian : risiko penurunan kadar oksigen sebagai akibat dari kegagalan dalam memelihara jaringan di tingkat kapiler.
Factor yang berhubungan :
 Hipovolemi
 Hipervolemi
 Aliran arteri terhambat
 Peningkatan masalah
 Reduksi mekanis dari alairan darah vena atau artei
 Hipoventilasi
 Kerusakan transportasi oksigen
 Melewati membrane kapiler dan atau alveolar
 Tidak sebanding antara ventilasi dengan pervusi
 Penurunan kosentrasi Hb darah
 Perubahan afinitas Hb-oksigen.
C. INTOLERANSI AKTIFITAS
1. NANDA (ACTIVITY INTOLERANCE)
Pengertian : ketidak cukupan energi secara fisiologis atau psikologis dalam pemenuhan aktifitas sehari-hari yang diperlukan atau di butuhkan.
Batasan karateristik :
 Laporan verbal : kelelahan dan kelemahan
 Respon terhadap aktifitas menunjukan nadi dan tekanan darah abnormal
 Perubahan EKG menunjukan disritmia
 Dipna dan ketidak nyaman yang sangat
Factor yang berhubungan
 Tirah baring atau imobilisasi
 Kelemahan secara menyeluruh
 Ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen
 Gaya hidup yang menetap

IV. INTERVENSI :
1. Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan, amplitudo dan simetris.
2. Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya denyut jantung ekstra, penurunan nadi.
3. Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan.
4. Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi; bradikardi; disritmia atrial; disritmia ventrikel; blok jantung
5. Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas selama fase akut.
6. Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres misal relaksasi nafas dalam, bimbingan imajinasi
7. Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas dan faktor penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal contoh wajah mengkerut, menangis, perubahan TD
8. Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi
Kolaborasi :
 Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit
 Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
 Berikan obat sesuai indikasi : kalium, antidisritmi
 Siapkan untuk bantu kardioversi elektif
 Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung
 Masukkan/pertahankan masukan IV
 Siapkan untuk prosedur diagnostik invasive
 Siapkan untuk pemasangan otomatik kardioverter atau defibrilator

Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan berhubungan dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi.
Kriteria hasil :
a. menyatakan pemahaman tentang kondisi, program pengobatan
b. Menyatakan tindakan yang diperlukan dan kemungkinan efek samping obat
Intervensi :
 Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal
 Jelakan/tekankan masalah aritmia khusus dan tindakan terapeutik pada pasien/keluarga
 Identifikasi efek merugikan/komplikasiaritmia khusus contoh kelemahan, perubahan mental, vertigo.
 Anjurkan/catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa obat diperlukan; bagaimana dan kapan minum obat; apa yang dilakukan bila dosis terlupakan
 Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan berlebihan
 Kaji ulang kebutuhan diet contoh kalium dan kafein
 Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien untuk dibawa pulang
 Anjurkan psien melakukan pengukuran nadi dengan tepat
 Kaji ulang kewaspadaan keamanan, teknik mengevaluasi pacu jantung dan gejala yang memerlukan intervensi medis
 Kaji ulang prosedur untuk menghilangkan PAT contoh pijatan karotis/sinus, manuver Valsava bila perlu









BAB IV

PENUTUP


KESIMPULAN

Disritmia adalah kelainan denyut jantung yang meliputi gangguan frekuensi atau irama atau keduanya.disritmia adalah gangguan sitem hantaran jantung dan bukan struktur jantung. Disritmia umunya ditangani dengan terapi medis, seperti yang diterangkan diterangkan diatas, pada situasi dimana obat saja tidak mencukupi, disediakan berbagai terapi mekanis tambahan, terapi yang paling sering adalah kardioversi elektif, defribilasi, dan pace maker. Penatalaksanan bedah, meskipun jarang tetapi juga dapat dilakukan.
SARAN
Selama episode disritmia, perawat harus bersikap tenang dan meyakinkan, sikap tersebut dapat membina hubungan saling percaya dengan pasien dan membantu mengurangi kecemasan. Keberhasilan yang kecil harus diberitahukan kepada pasien untuk meningkatkan rasa percaya diri.















DAFTAR PUSTAKA

Internet exploler ; www.google.com
Patofisiologi aritmia,fakultas keperawatan UNSRIT semester III,dr JORRY JV. RAMPENGAN.
Keperawatan medical bedah, Brunner & Suddarth. Edisi 8, Vol. 2.

Tidak ada komentar: